Sejarah Singkat Psikologi Kognitif
Sejarah Singkat psikologi kognitif Yaitu ;
Pengetahuan lahir dari  pikiran. Awal mula  semua  ilmu di masa kini adalah filsafat.
Anda  dapat  berpikir  dan  mengingat  kembali  nama-nama  besar  seperti  Plato  dan
Aristoteles. Psikologi Kognitif dan  ilmu  tentang pikiran  lainnya berupaya menjawab
Pertanyaan  yang  paling  mendasar,  ”Dari  manakah  datangnya  pengetahuan  dan
bagaimana itu diwujudkan dalam hati kita?” Para ahli tulisan Mesir Kuno menyatakan
bahwa  pemikir  di  era  Mesir  Kuno  percaya  bahwa  pengetahuan  berkedudukan  di
jantung.  Hal  ini  didukung  oleh  Aristoteles  namun  Plato  berpendapat  berbeda.
Ia meyakini pengetahuan berkedudukan di otak. Perdebatan akan wujud pengetahuan di diri manusia terus bergulir. Pada abad kedelapan belas, psikologi filosofis dibawa ke situasi saat mulai berperannya psikologi empiris yang dipelopori oleh George Berkeley, James Mill dan putranya John Stuart Mill.
Pada zaman ini, setidaknya ada dua postulat tentang pembentukan gagasan internal (dalam pikiran). Yang pertama adalah perwujudan internal dibentuk berdasarkan aturan yang jelas (ada hukumnya). Kedua, perwujudan serta pengalihan gagasan internal membutuhkan waktu dan usaha. Selama abad ke-19, para psikolog semakin memisahkan diri dari filsafat  yang spekulatif dan membentuk sebuah disiplin yang empiris. Di masa ini, ada dua kubu besar  yang melakukan  studi  tentang  perwujudan  internal.
Ada yang dipimpin oleh Wundt di Jerman dan oleh Titchener di Amerika Serikat yang menekankan pada struktur perwujudan mental serta ada juga rentano di Austria yang menekankan pada proses atau perbuatan. Brentano menganggap bahwa wujud internal adalah sesuatu yang statis dan tidak perlu dipelajari. Studi kerja kognitif menurut Bretano adalah membandingkan, menilai, dan merasakan sebagai objek studi yang tepat.
Berangkat  dari  ide  ini,  psikologi  semakin  bergeser  menuju  ke  arah  lahirnya
behavioristik  yang  berpendapat  bahwa  perilaku  yang  dapat  diamati  yang  dapat
dipelajari.  Akan  tetapi,  behavioris  seperti Hull dan Tolman dalam postulat/teorinya memasukkan gagasan adanya variabel ”pengantara” yang tidak dapat diamati dalam perilaku manusia. Di masa berkembangnya, behavioris mendominasi Amerika yang sedikit mematikan ketertarikan terhadap kognisi.
Namun, Perang Dunia II membawa kembali minat pada studi tentang kognisi. Pada masa itu, dibutuhkan pemahaman tentang human factor. Studi dibutuhkan untuk menjawab bagaimana prajurit dapat memusatkan perhatian dengan lebih baik serta akurat dalam penglihatan dan pendengaran. Hal ini kemudian mendasari lahirnya alat tes psikologi untuk tentara yang berhubungan dengan inteligensi/bakat (kognisi).
Di bidang lain, lahir pula teori-teori lain seperti Noam Chomsky dengan teori lingustik (bahasa) yang melawan teori Skinner dan lahirnya teori informasi yang menjelaskan model komunikasi secara matematis. Terakhir, tahun 1967, peluncuran buku Cognitive Psychology oleh Ulric Neisser menjadi gong dimulainya cabang baru dalam psikologi.
Buku  yang menjadi bukti resmi diakuinya psikologi kognitif itu terdiri dari enam bab; yaitu dua bab tentang persepsi dan perhatian, dan empat bab tentang bahasa, memori, dan pikiran.
No comments:
Post a Comment