Proposal PTK Meningkatkan kemampuan siswa memahami konsep penjumlahan bilangan bulat melalui pendekatan realistik di kelas IV SDN
A. JUDUL
Meningkatkan kemampuan siswa memahami konsep penjumlahan bilangan  bulat melalui pendekatan realistik di kelas IV SDN
B.  MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN
Matematika/Masalah Belajar
C.  PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika di sekolah dasar mempunyai kedudukan yang sangat  penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah  ditetapkan. Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk (1) menumbuhkan  dan mengembangkan keterampilan berhitung, (2) Menumbuhkan kemampuan  siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3)  mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal mekanjutkan ke  SLTP, dan (4) membuat sikap logis, kritis, cermat dan disiplin  (Depdikbud, 1994:25-26).
Untuk dapat terlaksananya pembelajaran matematika dengan baik pada  jenjang pendidikan SD diperlukan guru yang terampil merancang dan  mengelola proses pembelajaran seperti yang tercermin dalam rambu-rambu  pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rambu-rambu  tersebut antara lain guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan  strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,  fisik dan sosial.
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa guru diharapkan dapat  merancang dan mengelola proses pembelajaran, agar dapat mengajarkan  matematika dengan baik. Mengajarkan matematika mengandung makna  aktifitas guru mengatur kelas dengan sebaik-baiknya dan menciptakan  kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar matematika dengan  baik. Selain itu guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran  yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika.  Artinya belajar matematika bukan sekedar memindahkan pengetahuan  matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan dan  mengkonstruksi kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi  masalah-masalah nyata. Karena itu siswa diberi kesempatan untuk  menemukan kembali ide dan konsep matematika dibawah bimbingan guru. Hal  ini sejalan dengan pandangan Hadi, 2005 (Nyimas Aisyah 2007 : 7.5) yang  mengatakan bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri  pengetahuannya, dan bila diberi kesempatan mereka dapat mengembangkan  pengetahuan dan pemahaman mereka tentang matematika. Melalui eksplorasi  berbagai masalah, baik masalah kehidupan sehari-hari maupun masalah  matematika, siswa dapat merekonsktruksi kembali temuan-temuan dalam  bidang matematika.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika  di sekolah dasar adalah pendekatan reslistik. Pendekatan realistik  mempunyai pengaruh besar terhadap upaya pengembangan strategi  pembelajaran dan bertujuan melibatkan para siswa secara aktif dalam  memperoleh dan memahami konsep-konsep matematika secara benar. Hal ini  sejalan dengan pendapat Becker dan Selber (Klein, 1998:28) yang  mengatakan bahwa pengajaran matematika tidak lagi hanya merupakan tempat  belajar dan memberikan stimulus kepada siswa, tetapi mereka merupakan  subjek yang aktif dan perlu diberi kesempatan untuk menkontstruksi  pengetahuan matematikanya. Lebih lanjut Mc. Intosh, Rey, & Reys,  1992:28) yang mengemukakan bahwa pemberian stimulus bukan hanya untuk  memahami pengetahuan dan kecakapan prosedural, tetapi juga pada  pemahaman dan penguasaan konsep-konsep matematika dan yang lebih penting  adalah siswa dapat menerapkan konsep-konsep itu untuk membantu  menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Materi pembelajaran  dikembangkan dari situasi kehidupan sehari-hari yang pernah dirasakan  dan dijumpainya. Oleh karena itu, dalam memberikan pengalaman belajar  kepada siswa semestinya diawali dari sesuatu yang real bagi mereka.
Pendekatan realistik merupakan salah satu pendekatan belajar matematika  yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa.  Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari siswa digunakan sebagai  titik awal pembelajaran matematika untuk menujukkan bahwa matematika  sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang  akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa dijadikan sebagai alat peraga  dalam pembelajaran matematika.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika sekolah  dasar, ada beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh siswa sekolah  dasar. Salah satu bidang kajian tersebut adalah bilangan bulat yang  terdiri dari penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Konsep bilangan  bulat merupakan konsep yang sangat penting dalam matematika sekolah  dasar karena konsep bilangan bulat merupakan dasar untuk mempelajari  konsep selanjutnya. Menurut Hodojo 1998 (Nur, 2003:3) pengalaman belajar  yang lalu dari seorang siswa akan mempengaruhi proses belajar  matematika selanjutnya. Dengan demikian pemahaman konsep bilangan bulat  di sekolah dasar akan sangat berpengaruh terhadap penguasaan materi  lebih lanjut. Sehingga lemahnya penguasaan konsep bilangan bulat di SD  akan berakibat lemahnya pemahaman pada konsep lain dalam matematika di  SLTP. Olehnya itu seorang guru perlu menanamkan konsep bilangan bulat  kepada siswa dengan baik agar dapat dipahaminya, sehingga siswa mengerti  dan memahami konsep tersebut dan dapat diaplikasikannya dalam  menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari.
Namun pada kenyataanya dari hasil pra penelitian yang dilakukan peneliti  pada bulan Desember 2007 di SDN 3 Sawerigadi ditemukan permasalahan  pada pembelajaran bilangan bulat, khususnya pada penjumlahan bilangan  bulat Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti di SD tersebut  menunjukkan bahwa pengajaran materi penjumlahan bilangan bulat masih  berpusat pada guru dan guru kurang melibatkan siswa dalam proses  pembelajaran, Kemudian guru sendiri belum sepenuhnya menguasai cara  menanamkan konsep penjumlahan bilangan bulat dengan benar. Umumnya guru  hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran meskipun guru  memberikan penugasan kepada siswa, namun sebatas mengerjakan latihan  soal yang diberikan oleh guru, siswa kurang dilibatkan secara langsung  untuk menemukan sendiri dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya,  sehingga menyebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep  penjumlahan bilangan bulat. Selain itu juga guru dalam memberikan materi  pelajaran penjumlahan bilangan bulat tidak menghubungkan dengan  masalah-masalah-masalah nyata yang dekat dengan kehidupan siswa, padahal  masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari siswa dapat digunakan  sebagai titik awal pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat  memperoleh pengalaman yang tidak mudah untuk dilupakan, serta guru dalam  mengajarkan materi penjumlahan bilangan bulat hanya menggunakan alat  peraga berupa garis bilangan, siswa hanya menyaksikan guru menjelaskan  materi melalui alat peraga tersebut. Padahal penggunaan alat peraga  tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada sekolah  tersebut masih tergolong konvensional, sebab urutan sajian yang  diberikan oleh guru mengikuti alur informasi ceramah, pemberian contoh  dan pemberian tugas. Lebih lanjut Schoenfeld (Yuwono 2001:6)  pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara  prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran. Selain itu dalam  pembelajaran konvensional guru tidak memberi kesempatan kepada siswa  untuk membangun pengetahuan matematika yang akan menjadi miliknya  sendiri.
Permasalahan lain yang ditemukan dari hasil wawancara yang dilakukan  peneliti dengan guru tersebut, peneliti memperoleh data bahwa guru  menganggap sulit untuk mencari sumber belajar matematika khususnya untuk  mengajarkan materi penjumlahan bilangan bulat, apabila guru menggunakan  metode penemuan dan diskusi guru beranggapan hasilnya akan sama saja  dengan menggunakan metode ceramah.
Selain dari observasi dan wawancara yang dilakukan, peneliti melakukan  tes awal kepada siswa kelas IV untuk mengukur seberapa jauh pemahaman  siswa mengenai konsep penjumlahan bilangan bulat, dari tes yang  dilakukan diperoleh data bahwa pada umumnya siswa kurang memahami konsep  penjumlahan bilangan bulat, hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa  menyelesaikan soal pejumlahan bilangan bulat dengan benar.
Bedasarkan hasil temuan diatas, hal itulah yang menyebabkan rendahnya  pemahaman siswa akan konsep penjumlahan bilangan bulat di sekolah dasar,  jika masalah tersebut tidak dapat diatasi maka akan berdampak buruk  bagi siswa, siswa akan lemah dalam menentukan penjumlahan bilangan bulat  dan juga akan berdampak buruk pada mutu dan kualitas pembelajaran  matematika di sekolah dasar. Olehnya itu peneliti bersama guru bemaksud  untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan suatu Penelitian  Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan kemampuan siswa  memahami konsep penjumlahan bilangan bulat melalui pendekatan realistik  di kelas IV SDN ”
Dengan menggunakan pendekatan realistik diharapkan dapat meningkatkan  pemahaman siswa terhadap materi penjumlahan bilangan bulat, karena  dengan pendekatan realistik membantu guru mengaitkan antara materi  pelajaran dengan konteks keseharian siswa yang ada dilingkungan siswa,  serta memungkinkan siswa dapat mengkonstruksi pemikirannnya sendiri  untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika khusunya  terhadap materi penjumlahan bilangan bulat.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah  pada penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Penerapan  Pendekatan Realistik dalam meningkatkan pemahaman siswa akan konsep  penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN ”
E.     TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk  meningkatkan pemahaman siswa akan konsep penjumlahan bilangan bulat  dengan menggunakan pendekatan realistik di kelas IV SDN .
Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran penjumlahan bilangan  bulat dengan menggunakan pendekatan realistik di kelas IV SDN .
Mendeskripsikan peningkatan pemahaman siswa akan konsep penjumlahan  bilangan bulat dengan menggunakan pendekatan realistik di kelas IV SDN .
F.      MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a.       Menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan berbagai  pendekatan dalam pembelajaran matematika.
b.      Meningkatkan pemahaman siswa pada konsep penjumlahan bulat.
c.       Meningkatkan kualitas pembelajaran pada sekolah yang  bersangkutan khususnya pada penjumlahan bilangan bulat.
G.    KAJIAN PUSTAKA
Pendekatan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika
Pendekatan realistik didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal yang  mengemukakan bahwa mateamtika adalah kegiatan manusia. Menurut  pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika  dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan  konsep matematika melalui eksploasi masalah-masalah nyata. Disini  matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan  masalah (Dolk, 2006) dalam Nyimas Aisyah, 2007 : 7.3.
Menurut Becker dan Selter (Klein, 1998) yang menyatakan bahwa pengajaran  matematika tidak lagi hanya meupakan tempat belajar dan memberikan  stimulus kepada para siswa, tetapi mereka merupakan subjek yang aktif  dan perlu diberi kesemapatan untuk mengkonstruksi pengetahuan  matematikanya. Di dalam kelas, pemberian stimulus bukan hanya untuk  memamhami pengetahuan dan kecakapan prosedur, tetapi juga pada pemahaman  dan penguasaan konsep-konsep matematika, dan yang lebih penting para  siswa dapat mengetahui kapan dan dalam konteks apa mereka menerapkan  konsep-konsep itu untuk membantu menyelesaikan persoalan yang  dihaapinya. (Mc. Intosh, Reys, dan Reys, 1992). Materi pembelajaran  dikembangkan dari situasi kehidupan sehari-hari yang telah didengar,  dilihat atau dialami oleh paa siswa. Oleh karena itu, dalam memberikan  pengalaman belajar kepada siswa semestinya diawali dari sesuatu yang  real bagi mereka.
Proses pengembangan ide dan konsep-konsep matematika yang diawali dengan  pengalaman siswa yang didapat dari dunia real oleh Lange (1987) disebut  sebagai matematisasi konsepsi. Pada proses matematisasi konsepsi ini  siswa beusaha untuk menemukan dan mengidentifikasi suatu masalah yang  dikembangkan dari dunia nyata situasi realdan menyelesaikan dengan  caranya masing-masing. Tahap belajar berikutnya adalah abstraksi dan  formaslisasi, dalam hal ini siswa dibimbing agar berusaha membangun  skema, menemukan pola dan mengembangkan konsep atau algoritma yang  lengkap. Setelah tahap ini, siswa dibawah kembali kematematisasi dalam  penerapan lebih lanjut pada masalah-masalah abstrak. Treffers dan Gofree  1985 menyebut proses matematisasi konsepsi sebagai matematisasi  horisontal dan matematisasi vetikal. Pada matematisasi horisontal  merujuk kepada masalah yang penah ditemui dalam lingkungan hidupnya  sehari-hari, dan matematisasi vetikal merupakan persoalan matematika  abstrak.
Pembelejaran matematika akan bemakna bagi siswa apabila pembelajaran  dimulai dengan masalah-masalah reslistik, selanjutnya siswa diberi  kesemapatan untuk menyelesaikan masakah dengan caranya sendiri sesuai  dengan skema yang dimilki dalam pikirannya Marpaung, 2001 (Inganah,  2003:15). Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan  refleksi, interpretasi dan mencari strateginya yang sesuai, keaktifan  siswa dalam pembelajran matematika harus dipahami sebagai keaktifan  melakukan matematisasi baik horisontal maupun vertikal, yang memuat  kegiatan refleksi, interpretasi dan internalisasi, mula-mula  matematisasi berlangsung secara horisontal dan dengan bimbingan guru  siswa melakukan matematisasi vertikal.
Dalam pendekatan matematika realistik, siswa dipandang sebagai individu  yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya  dengan lingkungannya. Selanjutnya, dalam pendekatan ini diyakini pula  bahwa siswa memiliki potensi untuk mengembangkan sendiri pengetahuannya,  dan bila dibei kesempatan mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan  pemahaman mereka tentang matematika. Melalui eksplorasi berbagai  masalah, baik masalah kehidupan sehari-hari maupun masalah matematika  siswa dapat merekonstruksi kembali temuan-temuan dalam bidang  matematika, jadi, berdasarkan pemikiran ini konsepsi siswa dalam  pendekatan ini adalah sebagai berikut (Hadi, 2005).
·        Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide  matematika yang mempengauhi belajar selanjutnya.
·        Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk pengbetahuan  itu untuk dirinya sendiri.
· Siswa membentuk pengetahuan melalui proses perubahan yang meliputi  penambahan, kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan  penolakan
·        Siswa membangun pengetahuan untuk dirinya sendiri dari beragam  pengelaman yang dimilikinya.
·        Siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengerjakan  matematika tanpa memandang ras, budaya, dan jenis kelamin.
Dalam pendekatan matematika realistik guru dipandang sebagai  fasilitator, moderator, dan evaluator yang menciptakan situasi dan  menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali ide dan konsep  matematika dengan cara mereka sendiri. Oleh karena itu, guru harus  mampu menciptakan dan mengembangkan pengalaman belajar yang mendorong  siswa untuk memiliki aktivitas baik untuk dirinya sendiri maupun bersama  siswwa lain. Jadi, peran guru dalam pendekatan matematika realistik  dapat dirumuskan sebagai berikut :
·        Guru haruas berperan sebagai fasilitator belajar
·        Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif
·        Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberi  sumbangan pada proses belajarnya
·        Guru harus secara aktif memberi siswa  dalam menafsirkan  masalah-masalah dari dunia nyata
·        Guru harus secara aktif mengaitkan kurikulum matematika dengan  dunia nyata baik fisik maupun sosial.
Beberapa karakteristik pendekatan matematika realistik menurut suryanto,  2007 (Nyimas Aisyah, 2007:7.7) adalah sebagai berikut :
1) Masalah kontekstual yang realistik (realistic contextual Problems)  digunakan untuk mempekenalkan ide dan konsep matematika kepada siswa.
2) Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip atau model  matematika melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan  bantuan guru atau temannya.
3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah  yang mereka temukan (yang biasanya ada yang berbeda, baik cara  menemukannya maupun hasilnya).
4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan  dan apa yang telah dihasilkan; baik hasil kerja mandiri maupun hasil  diskusi.
5)      Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pembelajaran  maetamtika yang memang adan hubungannya.
6) Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil  dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip metamatika yang  lebih rumit.
7) Matematika dianggap sebagian kegiatan bukan sebagian produk atau  hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling  cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
Prinsip-prinsip Pembelajaran matematika Realistik
Prinsip-prinsip utama (Lange, 1996) pembelajaran matematika secara  realistik dideskripsikan dengan merangkum beberapa pendapat seperti  berikut :
· Salah satu prinsip utama pembelajran matematika secara ealistik adalah  bahwa urutan pengajaran matematika diawali dengan memberikan pengalaman  real kepada para siswa sehingga mereka segera dapat menggunakan  aktifitas matematika secara bermakna (Gravemeijer, 1994).
· Prinsip kedua pembelajaran matematika secara realistik adalah  pemberian perhatian kepada cara-cara yang dilakukan oleh para peserta  didik dalam pemerolehan pengetahuan matematika. Titik awal pelaksanaan  pembelajaran maerupakan landasan untuk menghubungkannnya dengan potensi  akhir yang harus mereka capai selama berlangsungnya rangkaian  pembelajaran. Sebagai implikasinya adalah bahwa aktivitas matematika  yang dilakukan pada awal atau sebelum pembelajaran merupakan dasar yang  dapata dipergunakan untuk meningkatkan pengelaman merekan dan  mengkontruksi konsep-konsep matematika. Ball (Lange, 1996).
· Prinsip ketiga pembelajran matematika secara realistik adalah  rangkaian pembelaajran maliputi aktifitas-aktifitas yang mendorong para  peserta didik menkreasi dan menguraikan model-model simbolik dari  aktifitas matematika yang dilakukan secara informal. Aktifitas pemodelan  ini dapat meliputi : membuat gambar, diagram, tabel, atau meliputi  pengembangan notasi-notasi informal atau penggunaan notasi-notasi  matematika konvensional. Prinsip ketiga ini didasarkan pada psikologi  dengan perkiraan bahwa dengan bimbingan guru, model-model yang digunakan  siswa melalui aktifitas secara informal dapat dikembangakan menjadi  model untuk meningkatkan penalaran matematika yang bersifat abstrak  (Gravemeijer, 1991).
Selanjutnya Menurut Suherman, dkk (2006:128) terdapat lima prinsip utama  dalam kurikulum mateamatika realistik :
1)      Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal  sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika;
2)      Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi,  skema, dan simbol-simbol;
3) Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran  menjadi konstruktif san produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan  mengkonstruksi sendiri (yang meungkin beupa algoritma, rule atau  aturan), sehingga dapat membimbing para siswa dari level matematika  informal menuju matematika formal;
4)      Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran  matematika; dan
5)      Inetertwinning (membuat jalinan) antara topik atau antar pokok  bahasan atau antar stand.
Kelima prinsip belajar (dengan mengajar) menurut filosofi ‘realistic’ di  atas inilah yang menjiwai setiap aktifitas pembelajaran matematika.  Dalam pengembangan pendekatan realistik yang pada umumnya menggunakan  pendekatan ‘develompmental research’, Freudenthal (1991) menjelaskan  bahwa ‘developmental research’ adalah : pengalaman siklis dari  pengembangan dan penelitian secara sadar, kemudian dilaporkannya secara  jelas. Pengalaman ini kemudian dapat ditransfer kepada yang lain menjadi  seperti pengalaman sendiri.
Kerangka pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik mempunyai  dua kelebihan. Menuntun siswa dari keadaan yang konkret (melalui proses  matematisasi horisontal, matematika dalam tingkat ini adalah matematika  informal). Biasanya mereka (para siswa) dibimbing oleh masalah-masalah  kontekstual. Dalam falsafah realistik, dunia nyata digunakan sebagai  titik pangkal permulaan dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan  matematika. Menurut Treffers dan Goffree 1985, (Suherman, dkk 2006:129)  bahwa masalah kontekstual dalam kurikulum realistik, berguna untuk  mengisi sejumlah fungsi :
1) Pembentukan konsep; dalam fase pertama pembelajaran, para siswa  diperkenankan untuk masuk kedalam matematika secara alamiah dan  termotivasi.
2) Pembentukan model; masalah-masalah kontekstual memasuk fondasi siswa  untuk belajar operasi, prosedur, aturan, dan mereka mengerjakan ini  dalam kaitannya dengan model-model lain yang kegunaannya sebagai  pendorong penting dalam berfikir.
3)      Keterterapan; masalah kontekstual menggunakan ‘reality’ sebagai  sumber atau dan domain untuk terapan.
4)      Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi  terapan.
Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat
Operasi penjumlahan dalam bilangan bulat sering disebut sebagai  penjumlahan bilangan bulat saja. Di dalam mengoperasikan penjumlahan  bulat kita sering menggunakan notasi atau tanda tambah (+) dan tanda  kurang (-). Tanda (+) dan (-) pada suatu bilangan adalah merupakan  petunjuk akan kedudukan bilangan tersebut pada suatu garis bilangan  terhadap 0 atau titik pangkal. Sementara tanda (+) dan (-) pada operasi  dua atau lebih bilangan-bilangan merupakan petunjuk akan bentuk operasi  dari bilangan-bilangan tersebut.
Operasi dua atau lebih bilangan-bilangan yang mempergunakan tanda (+)  lazimnya merupakan opersi tambah atau penjumlahan. Sementara tanda (-)  adalah merupakan operasi kurang atau selisih. Kedua tanda (+) dan (-) di  dalam operasi bilangan-bilangan bulat pada umumnya dikelompokkan  sebagai tanda dari bentuk operasi penjumlahan.
Bentuk-bentuk operasi penjumlahan bilangan bulat mencakup :
1.      Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat  positif.
2.      Penjumlahan bilangn bulat positif dengn bilangan bulat negatif
3.      Penjumlahan bilangn bulat negatif dengn bilangan bulat positif
4.      Penjumlahan bilangn bulat negatif dengn bilangan bulat negatif.
Ada beberapa cara untuk menanamkan konsep penjumlahan dua bilangan bulat  negatif maupun dua bilangan bulat yang berlainan tanda. Cara yang  dimaksud antara lain dengan menggunakan garis bilangan, atau dengan  menggunakan benda konkret yang dapat diutak-atik. Untuk mempemudah siswa  memahami cara-cara tersebut, para siswa harus telebih dahulu menguasai  penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah.
·        Menggunakan benda konkret
Guru perlu menyiapkan potongan-potongan karton yang berbentuk persegi  secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Para siswa juga diminta untuk  menyiapkan dan membawa ke kelas pada saat pelajaran matematika.  Potongan-potongan karton tersebut diberi dua warna yang berbeda misalnya  hitam dan putih. Karton berwarna hitam dianggap mewakili bilangan bulat  negatif dan sedangkan karton yang berwarna putih dianggap mewakili  bilangan bulat positif. Kemudian guru menjelaskan prinsip kerja alat  peraga tersebut, yaitu : (1) jika a dan b kedua-keduanya adalah bilangan  positif atau bilangan negatif, maka gabungkanlah sejumlah potongan  karton kedalam kelompok potongan karton lain yang berwarna sama, (2)  jika a bilangan positif dan b bilangan negatif atau sebaliknya, maka  kita memasangkan masing-masing satu karton hitam dengan satu karton  putih, hasilnya adalah potongan karton yang tidak mempunyai pasangan.
·        Menggunakan garis bilangan
Penjumlahan bilangan bulat sebagai perpidahan sepanjang suatu garis  bilangan.suatu bilangan bulat positif menggambarkan gerakan kearah  kanan, sedangkan bilngan bulat negatif menggambarkan gerakan kearah  kiri. Titik permulaan selalu dimulai pada titik yang mewakili bilangan  nol.
Implikasi Pendekatan Realistik pada Pembelajaran Operasi Penjumlahan  Bilangan Bulat
Menurut Nyimas Aisyah dkk, (2007:7.14) ada 5 karakteristik utama dalam  pendekatan realistik sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran  matematika yaitu sebagai beikut :
1. Pembelajaran harus dimulai dari masalah kontekstual yang diambil dari  dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal pembelajaran  harus nyata bagi siswa agar mereka dapat terlibat dalam situasi yang  sesuai dengan pengalaman mereka.
2. Dunia abstrak dan nyata harus dijembatani oleh model. Model harus  sesuai dengan tingkat absktraksi yang harus dipelajari siswa. Disini  model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam kehidupan siswa,  model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari bahan-bahan yang  juga ada di sekitar siswa.
3. Siswa dapat menggunakan strategi, bahasa atau simbol mereka sendiri  dalam proses mematimatikakan dunia mereka. Artinya siswa mempunyai  kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja mereka dalam menyelesaikan  masalah nyata yang diberikan guru.
4. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik antara guru dan  siswa maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen penting dalam  pembelajaran matematika.
5. Hubungan di antara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin  ilmu lain, dan dengan masalah dari dunia nyata diperlukan sebagai satu  kesatuan yang saling kait mengait dalam menyelesaikan masalah.
Dari karakteristik pendekatan matematika realistik di atas maka kita  akan melihat bagaimana seharusnya pembelajaran matematika dirancang.  Pertama, pembelajaran matematika harus realistik. Pembelajaran  matematika realistik dapat diartikan sebagai pembelajaran matematika  yang dapat dibayangkan oleh siswa. Masalah yang dipilih harus  disesuaikan dengan koteks kehidupan siswa. Artinya masalah yang dipilih  harus dikenal baik oleh siswa. Contoh, dalam konteks makanan khas suatu  daerah, pempek hanya cocok digunakan di Sumatera Selatan, tetapi tidak  cocok digunakan di Papua. Selanjutnya, dalam pembelajaran matematika  realistik siswa diberi sebuah masalah dari dunia nyata dan diberi waktu  untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cara dan bahasa serta simbol  mereka sendiri. Misalnya pada awal pembelajaran guru bercerita atau  mengilustrasikan operasi penjumlahan bilangan bulat dalam bentuk -3 + 5.  kemudian guru menyiapkan karton berbentuk persegi dengan ukuran 2 x 2  cm. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah itu  dengan cara mereka sendiri, seperti membuat gambar atau model yang  menyerupai bangun persegi. Selanjutnya adalah sifat interaktif. Setelah  siswa diberi kesempatan menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri,  siswa diminta cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut  kepada teman-temannya. Dengan cara seperti ini siswa akan berinterkasi  dengan teman sesamanya, bertukar informasi dan pengalaman, serta  berlatih mengekomunikasikan hasil kerjanya kepada orang lain. Akhirnya,  siswa dibimbing untuk menemukan aturan umum untuk menyelesaikan masalah  sejenis. Di sinilah siswa dapat melihat hubungan matematika dengan  kehidupan sehari-hari atau dengan pelajaran lain. Inilah yang membuat  pembelajaran matematika lebih bermakna.
Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik dapat dijelaskan  sebagai berikut :
a.       Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru haruas benar-benar memahami  masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan ditempuh  siswa dalam menyelesaikannya.
b.      Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang  dipakai dan diperkenalkan masalah dari dunia nyata, kemudian siswa  diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri.
c.       Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagi strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan  pengalamnannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara  kelompok. Kemudian secara kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di  depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain memberikan  tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru  mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil  mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan  aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
d.      Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi  kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada  akhir pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk  matematika formal.
H.    Metodologi  Penelitian
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunkan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dipilih  dengan alasan peneliti akan memaparkan data yang diperoleh secara alami  mulai dari data sebelum tindakan, selama tindakan dan sesudah tindakan.  Tindakan dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa memahami  konsep penjumlahan bilangan bulat melalui pendekatan realistik di kelas  IV SDN 3 Sawerigadi.
Berdasarkan pendekatan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini  menfokuskan pada penelitian tindakan kelas. Menurut Kemmis dan MC  Taggart dalam Kasihani Kasbolah 1998:14 mengemukakan bahwa : “  Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat  reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial dan  bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya memahami pekerjaannya ini serta  dimana pekerjaan ini dilakukan”. Selanjutnya pada bagian lain Kemmis  dan MC Taggart dalam Kasihani Kasbolah 1998:14 mengemukakan bahwa :  “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) digambarkan sebagai suatu proses yang  dinamis dimana keempat aspek yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan  refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah yang statis,  terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen  dalam aspek spiral.
B.      Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan menjadi syarat utama dalam melakukan  tindakan. Dalam penelitian ini peneliti berfungsi sebagai instrumen  kunci. Dan pemberi tindakan. Sebagai instrumen kunci, artinya peneliti  sebagai pewawancara dan pengamat. Sebagai pewawancara peneliti akan  mewawancarai subjek penelitian dengan berpedoman pada hasil tes dan  tugas yang telah dikejakan. Sebagai pengamat, peneliti akan mengamati  aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam kedudukannya  sebagai pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang  membuat rancangan pembelajaran dan sekaligus penyaji bahan ajar selama  berlangsungnya kegiatan penelitian. Disamping itu, peneliti juga  berperan sebagai pengumpul dan penganlisa data, serta sebagai pelapor  hasil penelitian. Dengan demikian, peneliti mutlak hadir selama kegiatan  penelitian berlangsung.
C.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN . Alasan pemilihan sekolah ini  adalah; (1) masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami  konsep penjumlahan bilangan bulat, (2) kurangnya penerapan pendekatan  realistik dalam pembelajaran matematika, (3) adanya dukungan dari kepala  sekolah dan guru setempat untuk melaksanakan kegiatan penelitian di  sekolah yang bersangkutan.
D.      Data dan Sumber Data
1.      Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah (1) tes awal sebelum  tindakan, latihan soalyang diberikan pada saat pembelajaran, dan tes  akhir setelah berkhirnya seluruh tindakan, (2) haasil wawancara dengan  subjek penelitian, dan guru yang mengajar matematika. (3) hasil  pengamatan selama pembelajaran berlangsung.
2.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SDN , namun  yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah beberapa orang  siswa yang masih mengalami kesulitan dalam pembelajarannya.
E.       Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penlitian ini adalah sebagai berikut
a.      Tes Awal
Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa pada  operasi penjumlahan bilangan bulat. Tes dilakukan pada awal penelitian,  pada akhir setiap tindakan, dan pada akhir setiap tindakan.
b.      Wawancara
Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan  lengkap mengenai perkembangan pemahaman ataupun segala kesulitan yang  dialami oleh siswa pada pembelajaran operasi penjumlahan bilangan bulat.
c.       Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan oleh orang yang terlibat aktif dalam pela  ksanaan tindakan yaitu guru yang mengajar di kelas IV dan teman sejawat.  Pada pengamatan ini digunakan lembar observasi untuk mencatat hal-hal  yang dianggap penting untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan tindakan  dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan yang dikehendaki.
d.      Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan informasi yang diperoleh selama kegiatan  pembelajaran berlangsung sebagai pelengkap data yang tidak termuat dalam  lembar observasi
e.       Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah  pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil  perolehan data dari guru dan siswa pada tahap refleksi dari siklus  penelitian. Data yang terkumpul diseting ke dalam penelitian kualitatif.
F.       Pengecekan Keabsahan Data
Untuk pengecekan kabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan  diskusi dengan guru dan teman sejawat. Pengecekan keabsahan data juga  dapat dilakukan dengan membandingkan dan mengecek kembali informasi yang  diperoleh melalui tes, wawancara, pengamatan dan catatan lapangan. Atau  dengan membandingkan seluruh pengamatan dan hasil wawancara. Pengecekan  keabsahan data dilakukan untuk memvalidkan informasi yang diperoleh  guna melaksanakan tindakan selanjutnya.
G.      Tahap-tahap Penelitian
Adapun  langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai  berikut :
Tahap Perencanaan
Tahap Perencanaan meliputi :
a.       Refleksi Awal
·        Refleksi awal dimulai dari studi pendahuluan untuk menentukan  subjek penelitian
·        Membuat tes awal untuk memperoleh gambaran pengetahuan yang  telah dimiliki oleh siswa
b.      Rumusan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tujuan pembelajaran, menyusun  kegiatan pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep penjumlahan  bilangan bulat, menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan, menyiapkan  lembar observasi yang akan digunakan oleh pengamat.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dimaksudkan adalah melaksanakan pembelajaran.  Kegiatan pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman  konsep penjumlahan bilangan bulat yang dilaksanakan secara klasikal dan  berfokus pada subjek penelitian. kegiatan ini dilakukan oleh guru  sendiri atau oleh guru yang mengajar di kelas IV, dan direncanakan  dilakukan dalam 2 kali pertemuan.
Tahap Observasi
Kegiatan observasi yang dimaksudkan adalah kegiatan mengamati aktivitas  siswa antara lain memanipulasi alat peraga, bertanya, mengerjakan LKS,  dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Sedangkan aktivitas guru yang  perlu diamati antara lain berupa merenspon pertanyaan siswa, membimbing  siswa yang mengalami kesulitan. Kegiatan ini dilakukan selama  pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang  disiapkan oleh peneliti.
Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi kegiatan peneliti adalah menganalisis, memahami,  menjelaskan dan menyimpulkan hasil dari pengamatan. Peneliti bersama  pengamat menganalisis dan merenungkan hasil tindakan pada siklus  tindakan sebagai bahan pertimbangan apakah pemberian tindakan yang  dilakukan perlu diulangi atau tidak. Jika perlu diulangi, maka peneliti  menyusun kembali rencana untuk siklus berikutnya. Demikian seterusnya  hingga siswa memperoleh skor minimal 65 %.
Adapun rancangan penelitian pada kegiatan penelitian ini digambarkan  sebagai berikut :
SIKLUS I
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Siklus Ke-n
Gambar . Tahapan-tahapan penelitian berdasarkan Suharsimi Arikunto  (2006)
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.  Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan  Nasional.
Alam, Nur. 2003. Pembelajaran Fungsi Melalui Pemecahan Masalah.Tesis Tidak Diterbitkan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara.
Inganah S. 2003 Model Pembelajaran Segiempat Dengan Pendekatan Realistik, Tesis Tidak Diterbitkan : Universitas Negeri Malang
Karim, M. dkk, 1996/1997 Pendidikan Matematika I. Jakarta. Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Depdikbud
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2006 Mata Pelajaran Matematika Untuk Tingkat SD/MI. Jakarta Depdiknas.
Tim Bina Karya Guru. 2007.Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas IV. Jakarta. Penerbit Erlangga
Suherman, Erman dkk. 2006. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Jurusan Pendidikan Matematika F MIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutawijaya, Akbar. dkk. 1992. Pendidikan Matematika III. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Dan kebudayaan.
Tapilouw, M. Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar dengan Pendekatan CBSA. Bandung : Penerbit CV. Sinar Baru.
Wardani, dkk. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Yuwono, I. 2001 Pembelajaran Matematika Secara Membumi, Universitas Negeri Malang, Depdiknas
………………. 2000. Seminar Nasional. Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi. Universitas Negeri Yogyakarta. DepdiknasTag: contoh ptk, ptk sd, ptk 2009, keputusan ptk, ptk 2010, ptk centertel, proposal ptk, penelitian tindakan kelas, peperiksaan ptk, ptk online
No comments:
Post a Comment