Monday, June 8, 2009

TUGAS 1 METODE PENELITIAN

PERUMUSAN MASALAH PENYEBARAN IT KEPADA PARA PENGAJAR DI DAERAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metode penelitian



BAB I
MASALAH



1.1 Sumber Masalah

Rencana yang diinginkan :
Penyebaran IT itu seharusnya sangat diperhatikan tidak hanya dikatakan pada saat seminar atau dipublikasikan di internet bahwa akan dan ingin seperti negara lain yang penyebaran IT nya merata. Seharusnya pemerintah segera merealisasikannya tidak hanya berbicara di media saja untuk penyebaran IT ke daerah-daerah terpencil.
Penyebaran IT kepada para pengajar di daerah – daerah ternilai sangat kurang, oleh karena itu saya disini akan membahas tentang hal tersebut. Mungkin saja ada pihak tertentu yang mendengar dan bisa disampaikan kepada pemerintah Indonesia agar diberi fasilitas untuk penyebaran IT di daerah yang kurang modern (up to date).
Guru atau pengajar yang berada di daerah juga sangat perlu mengetahui tentang IT supaya negara ini bisa menjadi negara yang sangat maju, dan juga akan sangat tertinggal sekolah itu jika sama sekali tidak dikenalkan tentang IT.
Betapa pentingnya IT di jaman sekarang ini, karena hampir semua aktifitas yang berjalan menggunakan IT.
Penyebaran IT kepada para pengajar di daerah ini bertujuan untuk membuat para guru di Indonesia pikirannya semakin maju dan semakin berkembang dan meningkatnya kualitas guru Indonesia.
Pelaksanaan yang ada :
Dikutip dari pencarian di www.google.com
Saya tertarik untuk joint dengan niit nya India dalam rangka mempercepat
penyebaran it dan peningkatan it di Indonesia, dalah hal recognise lulusan serta bahan yang lainnya. Selain itu saya ingin pola yang sama juga dikembangkan oleh kelompok indonesia, dimana kelompok ini juga bisa mengembangkan diri menjadi niit nya indonesia.
Sekarang ada it Indonesia sendiri-sendiri jagoannya, tetapi belum terkumpul kritikal mass sehingga industrinya soft ware belum bisa berkembang.
Hal lain, kalau kita ingin buat perlombaan hibah bersaing dalam pembuatan modul pelatihan untuk mata ajar tertentu. Apakah sudah siap mahasiswa it kita serta dosennya untuk bergabung untuk bersaing membuat program / material pengajaran untuk smk atau sekolah lainnya, misalnya proses fisika, atau proses las listrik, teori dan gambar digitalnya. Hal ini di perlukan untuk efisiensi pendidikan sehingga siswa bisa melihat suatu proses, kemudian mereka tinggal mencoba dilapangan tapi sudah dapat informasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Kira-kira begitulah pemikiran awalnya, sekolah kita sangat banyak, kita harus berfikir cerdik bagaimana dengan mempergunakan teknologi yang ada mentransfer ilmu sebanyak mungkin dan pengertian sebaik mungkin kepada siswa, agar tidak ketinggalan dengan tetangga.
Kita lagi memikirkan 10 sekolah – 26 sekolah di 26 propinsi yang siap untuk kita kembangkan it nya, terutama pendalaman masalah jaringan, programing, pemeliharaan jaringan dll, selevel tingkat menengah.
Di sini dikembangkan akademi cisco, ibm, microsoft dll, pola ini perlu kita fikirkan untuk mempercepat masuknya industri dalam sekolah sehingga akuntabilitas sekolah dapat lebih baik lagi terukurnya, melalui tingkat
penyerapan lulusan smk. Menurut saya, penyebaran it yang bagus yaitu dengan membuat jurusan it pada smk yang mempunyai jurusan elektronika, sehingga investasinya tidak terlalu mahal, selalin itu kita akan mengundang industri untuk masuk kesekolah juga.
Bisakah mereka yang pendapatannya kurang dari satu dolar per hari, menikmati teknologi informasi? Tak bisa, ujar triliuner Bill Gates, bagaimana ada komputer, listrik saja tak ada. ”Honest… you’re just buying food, you’re trying to stay alive…”, ujarnya.
Tetapi benarkah ucapan Gates itu? Belum tentu, setidaknya itulah jawaban India.
Hasrat menggelegak mengejar ketinggalan, telah melecut India. Diterangi kesadaran ”ideologis” tentang pentingnya teknologi informasi (IT), baik bagi masa kini maupun masa depan, mereka memacu diri. Hasilnya tak mengecewakan. Dengan pertumbuhan industri software rata-rata 50% tiap tahun, negara dengan penduduk 1,1 miliar itu, tak tertandingi oleh negara lain. Semenjak 1989-1990 hingga 2000-2001 pendapatan dari sektor IT melonjak, dari 195 juta dolar AS menjadi 8,3 miliar dolar AS. Atau, melesat 42,5 kali lipat selama 11 tahun. Bahkan, studi McKinsey memperkirakan tahun 2008, kontribusinya mencapai 85 miliar dolar AS (Kumar, 2001).
India kini memiliki 1.250 perusahaan yang mengekspor software. Dalam pasar outsourcing global yang bernilai lebih dari 100 miliar dolar, 185 perusahaan ”bergengsi” dalam Fortune 500, mendapat kebutuhan software-nya dari negara itu (Human Development Report, 2001). Akibat menikmati keunggulan sebagai first-mover industri software, dari survei Carnegie Mellon University, kedigdayaan India sulit dikejar. Kompetitornya paling ”cuma” Amerika, itupun akibat negara Paman Sam tersebut ”membajak” tenaga profesional dari India. Pesaing lain seperti Israel, Irlandia, Singapura, Filipina maupun Eropa Timur, tak memiliki jumlah signifikan, sehingga kurang diperhitungkan.
India di pentas dunia dalam industri IT, saat ini tak tertandingi. Lalu, bagaimana kontribusi teknologi informasi tersebut untuk rakyat. Atau lebih tegas lagi, sumbangan apa yang bisa diberikan teknologi itu untuk 40 persen penduduk India (440 juta manusia), yang berada di bawah garis kemiskinan.
Bila benar teknologi mampu mewartakan pembebasan, tantangan ini sungguh-sungguh mendebarkan.
Toffler, sang futuris, telah lama memaparkan menderu-derunya gelombang perubahan, akibat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gelombang Pertama adalah gelombang pembaruan, dimana manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Gelombang Kedua merupakan masa revolusi industri, yang memaksa jutaan manusia keluar dari pertanian dan memasuki produksi massal (industrialisasi). Pada masa inilah, pembangunan berarti secara setia menyalin kembali model yang telah berhasil, seperti Eropa ataupun Amerika.
Tahun 1981 Schreiber menghitung, waktu itu pendapatan India kira-kira US$ 200 per orang, sementara Amerika Serikat, Jepang dan Eropa sebesar US$ 10.000 per orang. Misalnya India menjaga pertumbuhan tiap tahun 5%, sementara negara-negara industri maju itu tumbuh 2,5% per tahun, maka dibutuhkan waktu 150 tahun untuk menyamai pendapatan negara industri tersebut. Schreiber menyangsikan, apakah India cukup sabar menunggu satu setengah abad (Alisjahbana, 1984).
Toffler lalu mewartakan kabar gembira, yaitu kehadiran Gelombang Ketiga, tentang munculnya revolusi komunikasi dan teknologi informasi. Menurutnya, tak perlu mengorbankan lingkungan hidup, kebuda-yaan, agama, struktur keluarga dan dimensi psikologis kehidupan, seperti terjadi pada Gelombang Kedua, untuk memasuki Gelombang Ketiga. Yang miskin maupun kaya, menurutnya, membungkukkan badan di garis start sama, dalam perlombaan baru. Dari paparan spektakulernya India dalam industri IT, tampaknya hal itu terbukti.
Namun pertanyaan di atas belum terjawab, bagaimana memanfaatkan IT secara meluas dan mendalam, terutama bagi yang miskin?

IT untuk Rakyat atas jasa besar Guttenberg dengan teknologi cetaknya, secara cepat penyebaran berbagai pengetahuan terjadi.
Abad pencerahan, lalu bersinar terang di berbagai tempat. Kini akibat revolusi komunikasi dan teknologi informasi, proses perubahan jauh lebih radikal. Jarak dan waktu telah dilipat. Pemerataan informasi dan pengetahuan, bahkan dari ujung selatan ke ujung utara bumi, dalam hitungan detik telah dapat terdistribusi dan diakses.
Buku hasil cetakan bisa dinikmati semua orang, namun bisakah IT dinikmati pula oleh semua orang? Komputer masih mahal, fragile, bahasa Inggris sentris, kompleks dan sulit dipelajari, lalu apakah benda canggih itu hanya untuk elite? Apakah untuk menggunakan IT harus menunggu nutrisi menunjang kesehatan dan pendidikan, pendidikan memberantas buta huruf, listrik masuk tiap desa, jaringan telepon tersambung, serta berbagai kebutuhan yang lain terpenuhi?
Agaknya tak perlu, justru itulah tantangan yang harus dipecahkan, setidaknya itu dibuktikan India.
Masyarakat desa terpencil di Madhya Pradesh, secara rutin datang ke pusat pelayanan informasi maya (virtual), asal informasi tersebut berkaitan erat dengan hidup dan kebutuhannya. Sementara itu, e-governance yang dikembangkan di Gyandoot, penduduk desa dengan membayar sekitar dua ribu rupiah dapat melakukan berbagai pengaduan kepada pemerintah. Meski hanya terdiri 30 desa, namun akibat rutinnya pengaduan jumlah per hari, sangat efektif mempengaruhi pemerintah.
Hal mengejutkan terjadi pada eksperimen yang dilakukan pada pemukim kawasan kumuh (slum) New Delhi. Dengan keterbatasan pendidikan, kemampubacaan, serta kemampuan bahasa Inggris mereka dapat dengan cepat menguasai ”antarmuka grafis, tunjuk dan klik berbasis windows” (windows-based point-and-click graphical user interfaces). Hal itu menunjukkan adaptasi masyarakat yang dipandang rendah pendidikannya pada teknologi canggih, asal ada kesempatan, tak bisa disepelekan (Sood, 2001).
Apalagi, kini Indian Institute of Science and Engineers dan Encore Software mengembangkan komputer murah dan makin ”bersahaja”. Bulan Januari 2001, komputer standar untuk internet adalah Pentium III seharga 700 dolar AS, karena terlalu mahal lalu didesain seperangkat peralatan internet seharga 200 dolar AS.
Didasarkan sistem operasi Linux, versi pertama Simputer itu menyediakan internet yang mengakses e-mail dalam bahasa daerah, dengan touch-screen function (mengklik dengan menyentuh layar monitor) dan aplikasi microbanking. Versi selanjutnya, adalah komputer yang bisa bersuara dan menggunakan software yang mampu mentransfer tulisan menjadi bicara, sehingga dapat digunakan penderita buta huruf (HDR, 2001).
Bagi desa terpencil terdapat keterbatasan infrastruktur dasar, agar internet dapat terkoneksi yaitu listrik, telepon (atau sejenisnya), serta koneksi jaringan.
Namun semuanya telah dapat dipecahkan. Listrik dapat disimpan melalui baterai (accu) atau universal power supply (UPS), yang mampu menyimpan listrik berjam-jam. Hal ini mengingatkan pada kakek saya di desa dulu, kalau mau mernonton televisi harus menyetrum accu, makanya beliau punya dua accu agar bisa menonton terus.
Di Pondicherry tak tersedia jaringan telepon, hal ini bisa diatasi dengan wireless system atau dengan komunikasi satelit. Sedangkan di Dhar, mulai dikembangkan kabel serat optik. Untuk koneksitas jaringan, teknologi WLL (wireless local loop) telah mampu secara simultan dan kontinu, menghubungkan suara dan koneksi data di desa-desa. Disamping komunitas yang lain, TeNet Group berada di garis depan dalam pengembangan infrastruktur telekomunikasi pedesaan.
Manfaat IT
Distribusi informasi dan pengetahuan merupakan kunci mengejar ketertinggalan, agaknya hal ini disadari benar oleh India. Akhir tahun 2000, diadakan konferensi mengenai website dalam bahasa India, sekretaris Departemen Bahasa Resmi mendesak setiap kementerian dan departemen mengembangkan website sendiri. Sementara itu, proyek Anurasaka menjanjikan translasi bahasa Inggris ke bahasa India berbagai akses web yang berbahasa Inggris. Sedangkan Kementerian Komunikasi, meluncurkan pos elektronik dan telah memiliki 200 pusat. Adapun untuk mengirim pesan dan dokumen, cukup di-scan dan dikirim melalui jaringan elektronik.
Village Knowledge Centers Project yang dijalankan Swaminathan Research Foundation di Pondicherry memulai proyek penyediaan informasi dan pengetahuan untuk masyarakat desa. Secara rutin, offline data yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat desa di update menggunakan transmisi fax protocols. Grameen Bank of Bangladesh menginisiasikan International Centre for Information Technology for the Elimination of Global Poverty dengan mendorong self-help groups (SHGs) melalui micro-credit/micro-finance initiatives (MCIs/MFIs) online.
Seperti jamak diketahui, teknologi informasi juga memungkinkan pendidikan jarak jauh. Pengembangan IT memungkinkan penyediaan masyarakat berupa berita, informasi, panduan, dan pengetahuan yang sebelumnya tak dapat diakses oleh mereka. Hal itu setidaknya telah dilakukan NIIT pada perkampungan kumuh (slum) di New Delhi, serta penduduk desa di Karnataka. Sedangkan pendidikan jarak jauh yang bersifat komersial, disediakan oleh eGurucool dan Zee Interactive Learning Systems (Sood, 2001).
Pendapat Gates telah dirubuhkan, IT dapat dinikmati pula oleh yang miskin, India telah membuktikannya. Bahkan dengan adanya IT, model pembangunan negara maju dengan proyek industrialisasinya (gelombang kedua) yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup, polusi, tergerusnya budaya lokal, serta dampak lainnya, dapat dihindarkan. Dengan memanfaatkan penyebaran pengetahuan melalui IT, tiap daerah dapat memecahkan masalah dan mengembangkan daerahnya berdasar modelnya sendiri. Revolusi komunikasi dan teknologi informasi, bisa menyebarkan berbagai pengetahuan baik untuk yang kaya, miskin, desa maupun kota, sehingga memungkinkan terbentuknya knowledge society, inilah model pembangunan gelombang ketiga. India telah membangun paradigma dan pencerahan baru model pembangunan, untuk mengejar ketertinggalan.
Apakah Indonesia mampu pula melakukannya? Semoga kunjungan Presiden RI Megawati ke India beberapa waktu lalu bermakna, membawa pencerahan, dan segera ditindaklanjuti.
Pertumbuhan internet mengalami ledakan yang luar biasa di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Saat ini Internet menjadi suatu fenomena yang sangat berarti bagi semua segi kehidupan, dunia pendidikan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Kehidupan dirasa lebih mudah dan nyaman dengan internet.
Walaupun ledakan pertumbuhannya di Indonesia sangat berpengaruh dan dirasakan oleh masyarakat, namun angka pertumbuhannya sukar diukur dan dijelaskan. Penyebaran internet dengan pendekatannya untuk mengukur dan menganalisa pertumbuhannya serta menggambarkan beberapa faktor yang menentukan penyebab penyebaran internet, serta pentingnya penyebaran internet di suatu negara/daerah.
Diambil penelitian di DKI Jakarta karena DKI Jakarta sebagai propinsi daerah Khusus Ibukota sekaligus sebagai kota metropolitan dianggap mempunyai potensi penting bagi penyebaran internet di Indonesia nantinya dan masalah sumber data yang terbatas untuk penelitian ini.
Analisa penyebaran internet dianalisa secara statistik dan ekonometri. Faktor ekonomi clan infrastruktur merupakan faktor penting penyebaran internet. Adanya keterkaitan antara pendapatan per kapita, ketersediaan infrastruktur telekomunikasi dan komputer pada tingkat pertumbuhan internet akan dikaji dengan membuat Model pertumbuhannya secara ekonometri. Akan diusulkan adanya usaha oleh pemerintah atau organisasi yang berorientasi dalam pengembangan internet untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyebaran internet secara akurat agar dapat dilacak tingkat penyebaran internet seluruh daerah di Indonesia nantinya dengan menggunakan model yang dikembangkan.
Terbesar ke-13 di Dunia, Penyebaran IT di Indonesia Tak Merata
Kamis, 28 Agustus 2008 | 18:00 WIB
TEMPO Interaktif, DENPASAR:Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil, mengatakan dengan populasi pengguna mencapai 13 juta orang, Indonesia merupakan negara dengan pengguna internet terbesar ke-13 di dunia. Namun, 70 persen para pengguna hanya terkonsentrasi di kota-kota besar saja.
“Penyebaran komputer sebagai alat mengakses berbagai informasi masih sangat rendah,”kata dia di Bali.
Pernyataan ini diungkapkan Sofyan dalam sambutan pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri bidang Telekomunikasi dan Teknologi Informasi se-ASEAN di Jimbaran, Bali. Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama di bidang penyebaran teknologi informasi di negara-negara ASEAN.
Sofyan Djalil mengatakan teknologi informasi harus tersebar secara merata di setiap negara ASEAN, sehingga diharapkan akan dapat memicu pertumbuhan teknologi dan daya saing ekonomi kawasan.
Perkembangan teknologi di ASEAN termasuk Indonesia, kata dia : memang berjalan lambat. Namun demikian, kini sejumlah usaha telah dilakukan untuk meningkatkannya.
Di antaranya adalah perbaikan dan pembangunan jaringan teknologi informasi, baik untuk kepentingan akses internet maupun perbankan. “Akses telekomunikasi berkecepatan tinggi harus jadi prioritas di ASEAN,” ujar dia.
Direktur Hubungan Internasional Kementrian Komunikasi dan Informasi, Ikhsan Baidirus, mengatakan telah terjadi kesenjangan teknologi informasi antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Sekitar 40 ribu desa di Indonesia, kata dia, hingga kini belum tersentuh sarana komunikasi yang memadai.
Melalui petemuan ini, pemerintah berharap terumuskan konsep pemerataan teknologi di negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemerintah sekarang ini melakukan penyebaran IT ke seluruh daerah?
2. Bagaimana cara penyebaran IT yang baik atau agar mudah diterima dan dimengerti oleh masyarakat awam?
3. Siapakah yang berperan jika penyebaran IT sudah mulai dilakukan?

1.3 Hipotesis

Sekarang ini pemerintah memang belum melakukan observasi ke daerah-daerah secara merata tentang penyebaran IT, namun jika dibandingkan di kota-kota akan sangat terlihat kalau sebenarnya IT merambah luah dimana-mana sampai ke pembayaran listrik yang bisa dilakukan dimanapun, itu juga merupakan penyebaran IT yang tidak terasa keuntungannya karena dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan petugas.
Penyebaran IT yang bisa diterima oleh masyarakat awam adalah dengan cara pendekatan individu atau mengadakan kumpulan yang dipimpin oleh kepala desa agar para warganya dapat mengikuti dan mendengarkan dengan baik dan juga dijelaskan pentingnya IT itu seperti apa, juga hal negatifnya dari IT. Atau juga dapat dilakukan dengan cara, datang ke sekolah-sekolah yang benar-benar masih awam tentang IT untuk disampaikan kepada guru-guru di sekolah tersebut dan supaya guru-guru di sekolah itu dapat mengajarkannya ke anak didiknya.
Dalam penyebaran IT ke daerah-daerah, orang yang berperan yaitu para mahasiswa yang sedang melakukan penelitian atau observasi atas hal tersebut. Atau sedang melakukan kuliah kerja nyata, bisa juga pemerintah dari departemen pendidikan nasional turun langsung untuk melakukan penelitian supaya pemerintah dapat langsung mengetahui betapa masih rendahnya penyebaran IT di Indonesia.


BAB II
TEORI

2.1. Studi Pustaka
Berdasarkan pencarian jurnal di www.google.com

1. Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
2. Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara di kaya dan si miskin.
3. Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
4. Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)�. Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner.
5. Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication (CMC)� yang bersifat sinkron dan asinkron.

Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja saat itu juga dan kompetitif.

Oleh : Wawan Wardiana

Peneliti Pusat Penelitian Informatika – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Disampaikan pada Seminar dan Pameran Teknologi Informasi 2002, Fakultas Teknik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Jurusan Teknik Informatika, tanggal 9 Juli 2002
Abstract
Growth of information technology can improve performance and enable various activity can be executed swiftly, precisely and accurate , so that finally will improve productivity. Growth of information technology show the popping out of various activity type being based on this technology, like e-government, e-commerce, e-education, e-medicine, e-laboratory, and other, which is all the things have electronics based.
Intisari
Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Perkem-bangan teknologi informasi memper-lihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti e-government, e- commerce, e-education, e-medicine, e-e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronika.
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis, dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e
seperti e-commerce, e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory, e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.
Evolusi Ekonomi Global
Sampai dua ratus tahun yang lalu ekonomi dunia bersifat agraris dimana salah satu ciri utamanya adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling dominan. Sesudah terjadi revolusi industri, dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utamanya adalah modal sebagai faktor produksi yang paling penting. Menjelang peralihan abad sekarang inl, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi, karena tahap ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi (information focused). Dalam hal ini telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology).
Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi begitu pesat, sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam Masyarakat atau Ekonomi Informasi. Masyarakat baru ini juga sering disebut sebagai masyarakat pasca industri.
Apapun namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta atau “Global villageâ€?. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau “distance is dead” makin lama makin nyata kebenarannya.
Peran Teknologi Informasi
Dalam kehidupan kita dimasa mendatang, sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan sektor yang paling dominan. Siapa saja yang menguasai teknologi ini, maka dia akan menjadi pemimpin dalam dunianya. Teknologi informasi banyak berperan dalam bidang-bidang antara lain :
Bidang pendidikan(e-education).
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek “Flexible Learningâ€?. Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang “Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy)” yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
– Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning). Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama.
– Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan
– Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
– Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut: (1) Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya. (2) Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya. (3) Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya. (4) Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning (5) Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database. (6) Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware, maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material. Di luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi dilakukan dengan surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Saat ini hampir seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra sebanyak 80 negara di dunia. Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5 kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murah.
Dalam era global, penawaran beasiswa muncul di internet. Bagi sebagian besar mahasiswa di dunia, uang kuliah untuk memperoleh pendidikan yang terbaik umumnya masih dirasakan mahal. Amat disayangkan apabila ada mahasiswa yang pandai di kelasnya tidak dapat meneruskan sekolah hanya karena tidak mampu membayar uang kuliah. Informasi beasiswa merupakan kunci keberhasilan dapat me no long mahasiswa yang berpotensi tersebut.
Dalam Bidang Pemerintahan (e-government).
E-government mengacu pada penggunaan teknologi informasi oleh pemerintahan, seperti menggunakan intranet dan internet, yang mempunyai kemampuan menghubungkan keperluan penduduk, bisnis, dan kegiatan lainnya. Bisa merupakan suatu proses transaksi bisnis antara publik dengan pemerintah melalui sistem otomasi dan jaringan internet, lebih umum lagi dikenal sebagai world wide web. Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru seperti: G2C (Governmet to Citizen), G2B (Government to Business), dan G2G (Government to Government).
Manfaat e-government yang dapat dirasakan antara lain: (1) Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu dibukanya kantor. Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan. (2) Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari semua pihak. (3) Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat menentukan pilihannya. Sebagai contoh, data-data tentang sekolah: jumlah kelas, daya tampung murid, passing grade, dan sebagainya, dapat ditampilkan secara online dan digunakan oleh orang tua untuk memilihkan sekolah yang pas untuk anaknya. (4) Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh, koordinasi pemerintahan dapat dilakukan melalui e-mail atau bahkan video conference. Bagi Indonesia yang luas areanya sangat besar, hal ini sangat membantu. Tanya jawab, koordinasi, diskusi antara pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa kesemuanya harus berada pada lokasi fisik yang sama. Tidak lagi semua harus terbang ke Jakarta untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam saja.
Tuntutan masyarakat akan pemerintahan yang baik sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan oleh aparatur pemerintah. Salah satu solusi yang diperlukan adalah keterpaduan sistem penyelenggaraan pemerintah melalui jaringan sistem informasi on- line antar instansi pemerintah baik pusat dan daerah untuk mengakses seluruh data dan informasi terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik. Dalam sektor pemerintah, perubahan lingkungan strategis dan kemajuan teknologi mendorong aparatur pemerintah untuk mengantisipasi paradigma baru dengan upaya peningkatan kinerja birokrasi serta perbaikan pelayanan menuju terwujudnya pemerintah yang baik (good govermance). Hal terpenting yang harus dicermati adalah sektor pemerintah merupakan pendorong serta fasilitator dalam keberhasilan berbagai kegiatan pembangunan, oleh karena itu keberhasilan pembangunan harus didukung oleh kecepatan arus data dan informasi antar instansi agar terjadi keterpaduan sistem antara pemerintah dengan pihak penggunan lainnya. Upaya percepatan penerapan e- Government, masih menemui kendala karena saat ini belum semua daerah menyelenggarakannya. Apalagi masih ada anggapan e-Government hanya membuat web site saja sosialisasinya tidak terlaksana dengan optimal. Namun berdasarkan Inpres, pembangunan sistem informasi pemerintahan terpadu ini akan terealisasi sampai tahun 2005 mendatang. Kendati demikian yang terpenting adalah menghapus opini salah yang menganggap penerapan e-Government ini sebagai sebuah proyek, padahal merupakan sebuah sistem yang akan memadukan subsistem yang tersebar di seluruh daerah dan departemen.
Bidang Keuangan dan Perbankan
Saat ini telah banyak para pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi telah memanfaatkan layanan perbankan modern.
Layanan perbankan modern yang hanya ada di kota-kota besar ini dapat dimaklumi karena pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih terpusat di kota-kota besar saja, yang menyebabkan perputaran uang juga terpusat di kota-kota besar. Sehingga sektor perbankan pun agak lamban dalam ekspansinya ke daerah-daerah. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh kondisi infrastruktur saat ini selain aspek geografis Indonesia yang unik dan luas.
Untuk menunjang keberhasilan operasional sebuah lembaga keuangan/perbankan seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem informasi yang handal yang dapat diakses dengan mudah oleh nasabahnya, yang pada akhirnya akan bergantung pada teknologi informasi online, sebagai contoh, seorang nasabah dapat menarik uang dimanapun dia berada selama masih ada layanan ATM dari bank tersebut, atau seorang nasabah dapat mengecek saldo dan mentransfer uang tersebut ke rekening yang lain hanya dalam hitungan menit saja, semua transaksi dapat dilakukan.
Pengembangan teknologi dan infrastruktur telematika di Indonesia akan sangat membantu pengembangan industri di sektor keuangan ini, seperti perluasan cakupan usaha dengan membuka cabang-cabang di daerah, serta pertukaran informasi antara sesama perusahaan asuransi, broker, industri perbankan, serta lembaga pembiayaan lainnya.
Institusi perbankan dan keuangan telah dipengaruhi dengan kuat oleh pengembangan produk dalam teknologi informasi, bahkan mereka tidak dapat beroperasi lagi tanpa adanya teknologi informasi tersebut. Sektor ini memerlukan pengembangan produk dalam teknologi informasi untuk memberikan jasa-jasa mereka kepada pelanggan mereka.
Program pengembangan sistem informasi di Indonesia
Program pengembanan sistem informasi (program 16.6.01) dimaksudkan untuk mengembangkan sistem informasi yang diperlukan untuk meningkatkan masuknya informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di dunia internasional, memperlancar pertukaran dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan sistem perencanaan, pengelolaan, pemantauan kegiatan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Besarnya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan kajian, penelitian, penerapan penguasaan dibidang teknologi informasi selama kurun waktu tahun anggaran 1997/1998 sampai 2001 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel. APBN untuk pengembangan sistem informasi tahun 1997/1998 sampai 2001 No Tahun Anggaran Anggaran (jutaan rupiah)
1 1997/1998 28.235
2 1998/1999 32.622
3 1999/2000 24.538
4 2000 52.236
5 2001 30.956

1. Jurnal Penelitian Teknologi Informasi

10 03 2008
Dari http://yudiagusta.wordpress.com/2008/03/10/penelitian-teknologi-informasi-ti/
Penelitian Teknologi Informasi (TI) cukup berbeda dengan penelitian di bidang sosial kemasyarakatan. Umumnya penelitian TI tidak mempunyai metodelogi yang jelas, tidak ada pembuatan kuesioner, tidak ada pengolahan data dan hanya sedikit yang mencakup analisa hasil. Penelitian di bidang TI, sepanjang yang pernah saya amati, bisa mencakup beberapa jenis penelitian termasuk:
Penelitian Murni TI:
Penelitian jenis ini merupakan penelitian yang berusaha memecahkan permasalahan-permasalahan yang muncul terkait bidang TI dengan mencari solusi-solusi yang bersifat fundamental. Umumnya penelitian ini banyak berkecimpung mempelajari teori-teori yang ada untuk dapat mengembangkan teori-teori fundamental terkait lainnya. Beberapa penelitian yang bisa termasuk di dalam cakupan ini antara lain pengembangan:
Metodologi pengembangan sistem informasi
Metodologi pembuatan data warehouse
Metode-metode data mining/soft-computing
Konsep jaringan
Metode searching
Teori Optimasi
Metode Pemilihan Variabel
Sistem keamanan jaringan
Metode enkripsi dekripsi
Bahasa pemrograman
Metode penyimpan data
Metode pengolahan citra
Metode pengenalan pola
Among others

Penelitian Terapan TI: Penelitian terapan di bidang TI lebih mengacu pada penelitian yang memanfaatkan teori atau metode, yang telah dikembangkan orang lain dalam cakupan penelitian murni TI, di dalam pengembangan penelitian lanjutan. Beberapa penelitian yang bisa dimasukkan di dalam cakupan penelitian ini antara lain pengembangan:
Sistem kontrol berbasis soft-computing
Hardware yang menerapkan metode penyimpanan data baru
Metode analisa kedokteran berbasis soft-computing
Penelitian yang membandingkan antara teori/metode
Sistem operasi yang berbasis open source
Sistem database dengan sistem indexing data baru
Metode peningkatan efektifitas jaringan berbasis data mining
Sistem pencarian dengan metode searching baru
Word processing dengan metode spell checker baru
Sistem database dengan metode penyimpan data baru
Aplikasi pengolahan citra dengan metode pengolahan baru
Aplikasi pemodelan data yang mengakomodasi metode baru
Program-program (DLL atau JSP) untuk metode tertentu
Bioinformatics dan Biomedik
Penerapan Metode TI di Bidang Lain (Ekonomi, Sosial dll)
Among others
Penelitian Pengembangan Sistem: Sistem yang dimaksud di sini merefer pada sistem yang dapat dipergunakan langsung oleh pengguna seperti sistem informasi dan sistem jaringan. Penelitian jenis ini umumnya berusaha menerapkan berbagai teori atau metode yang telah dikembangkan baik dalam cakupan penelitian murni maupun penelitian terapan seperti sistem database, bahasa pemrograman, konsep jaringan dan lain-lain. Penelitian yang tercakup umumnya mencakup pengembangan sistem untuk tujuan perorangan/komunitas tertentu seperti pengembangan:
Sistem informasi keuangan
Sistem pakar
Sistem pendukung keputusan
Sistem data warehouse
Sistem digital library
Sistem mobile dictionary
Sistem jaringan berbasis open source
Among others

Dibandingkan dengan penelitian murni dan terapan bidang TI, penelitian jenis ini sekarang ini kelihatannya masih lebih banyak diminati oleh mahasiswa TI Indonesia dalam proses penyelesaian kegiatan belajar mereka. Penelitian jenis ini juga sudah jelas tata cara pelaksanaannya, karena metodologi pengembangan sistem umumnya sudah pernah diusulkan dalam tahapan penelitian murni.
Penelitian Terkait Penggunaan dan Manajemen TI: Belakangan ini, dengan berkembangnya penerapan TI di masyarakat, keilmuan tentang efektivitas penggunaan dan keilmuan di bidang manajemen TI juga semakin berkembang. Penelitian terkait dengan keilmuan-keilmuan tersebut juga banyak dilakukan. Walaupun masih dalam ruang lingkup TI, penelitian jenis ini mungkin lebih banyak dikaitkan dengan penelitian bidang sosial kemasyarakatan, karena yang menjadi objek penelitian biasanya adalah user/pengguna TI, administrator TI atau provider TI. Sehingga kemungkinan untuk menerapkan metodologi penelitian seperti halnya penelitian di bidang sosial kemasyarakatan sangat besar.

Mungkin ada yang masih memperdebatkan apakah kegiatan pengembangan sistem termasuk sebagai suatu kegiatan penelitian atau tidak. Kalau dilihat dari definisi dari kata penelitian (research) itu sendiri yaitu:

Research is a human activity based on intellectual investigation and is aimed at discovering, interpreting, and revising human knowledge on different aspects of the world. Research can use the scientific method, but need not do so.(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Research)

kegiatan penelitian pada hakekatnya mempunyai tujuan untuk menemukan, menginterpretasikan ataupun merevisi pengetahuan yang ada di masyarakat. Sehingga, penelitian yang melibatkan kegiatan pengembangan sistem, karena tidak mencakup unsur menemukan, menginterpretasikan ataupun merevisi pengetahuan masyarakat, memang masih bisa menjadi bahan perdebatan apakah kegiatan tersebut bisa dimasukkan ke dalam kegiatan penelitian bidang TI atau tidak.

Mengikuti perkembangan pendidikan tinggi TI Indonesia dan merefer bahwa, pengembangan sistem masih banyak diminati oleh mahasiswa TI di Indonesia sebagai bahan skripsi, saya sendiri secara pribadi berpendapat bahwa pengembangan sistem yang dilakukan dalam tatanan perkuliahan masih termasuk dalam pengerjaan projek (assignment) dari suatu perkuliahan, yang mungkin hanya bisa dijadikan tugas akhir (projek akhir) dari mahasiswa dengan level di bawah S1 (D1, D2, dan D3).

Oleh: Prof. Dr. H. Mohamad Surya

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke ?on line? atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.
Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut ?cyber teaching? atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.

Menurut Rosenberg (2001; 28).

e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

Zainal A. Hasibuan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia
Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berkembang dengan sangat cepat sehingga memicu terjadinya persaingan antar wilayah yang semakin ketat. Pemerintah Daerah (Pemda) sebagai penguasa wilayah berusaha memanfaatkan TIK secara optimal untuk mendukung berbagai kegiatannya. Hal ini terlihat dari berbagai inisiatif penerapan TIK (electronic government – e-Gov) yang muncul di beberapa Pemda maupun di beberapa instansi pemerintah lainnya. Tetapi kenyataannya pemanfaatan TIK ini masih belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan efisiensi, efektivitas dan produtivitas Pemda. Salah satu penyebabnya yang dominan adalah tidak sinkronnya tujuan kegiatan-kegiatan Pemda dengan tujuan e-Gov itu sendiri. Tulisan ini membahas langkah-langkah strategis dan taktis pengembangan e-Gov berdasarkan teori dan “best practices†dari beberapa instansi yang telah menerapkan e-Gov. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan pemanfaatan TIK untuk e-Gov akan memberikan hasil yang optimal.

BAB III
METODE

Berdasarkan permasalahan ini, maka metode yang harus dipakai dan sesuai adalah metode survey karena masalah ini harus dilaksanakan dan dapat dilihat hasilnya berdasarkan penelitian atau observasi ke daerah-daerah yang nyata belum pernah mengenal adanya IT.

No comments:

Post a Comment