3D Movie mulai digandrungi kembali dalam dunia per filman. Film – film terkenal seperti Avatar, The Last Air Bender, dan beberapa film garapan Disney studio mulai menggunakan teknologi ini. Tetapi tahukah anda seperti apakah film 3D itu sendiri? Takutkah Anda ketika ada sesuatu yang dilempar keluar dari layar ke arah Anda? Lets check it out.
Pertama kita mulai melalui perilaku mata yaitu binocular vision. Apakah itu? Binocular vision merupakan cara mata mendapatkan gambaran, dimana setiap mata (kiri atau kanan) mendapatkan gambaran yang berbeda satu sama lain. Otak dalam hal ini menyatukan hasil gambaran dari kedua mata ini. Maka dari inilah terdapat suatu anomali yang disebut kesalahan paralaks. Sebagai salah satu contoh akibat dari kesalahan paralaks pada manusia yaitu kesalahan dalam mengestimasi jarak. Hal ini dimanfaatkan oleh para perekayasa untuk mendesain suatu sistem film 3D.
Film 3D lama menggunakan apa yang disebut gambar anaglyph untuk menggunakan karakteristik binocular vision dan kesalahan paralaks. Gambar ini meliputi dua layer warna dari satu proyektor. Satu warna didominasi oleh warna merah, dan yang satu lagi didominasi dengan warna biru atau hijau. Maka dari itu digunakanlah kacamata merah dan biru/hijau sebagai sarana untuk menyaksikan film 3D. Warna merah keluaran proyektor seakan akan dipaksa dilihat menggunakan lensa bewarna merah. Begitu halnya dengan warna biru atau hijau. Dengan perbedaan dari kedua warna ini, otak akan mempunyai persepsi gambar yang dilihat adalah 3D.
Berbeda dengan 3D movies lama, Digital 3D menggunakan konsep polarisasi untuk menciptakan efeknya. Lensa khusus digunakan untuk melewatkan hanya polarisasi tertentu saja. Sumber gambar/layar diciptakan dengan mengatur polarisasi ini. Hal ini tampak ketika kita menyaksikan film Digital 3D tanpa kacamata 3D . Tampak bahwa gambar yang ditampilkan akan buram secara kasat mata. Dengan mengandalkan polarisasi ini, otak kita dihalusinasikan dengan melihat 2 / lebih frame yang ditampilkan dengan cepat.
Kita tidak tahu apa yang berkembang dengan teknologi ini. Tetapi dengan teknologi ini, Film – film yang mengambil efek 3D akan sangat bagus dinikmati di Bioskop – bioskop. Hal ini tentu berkah bagi para pembuat film dan bisa mengurangi pembajakan film. Kita lihat saja selanjutnya.
Pertama kita mulai melalui perilaku mata yaitu binocular vision. Apakah itu? Binocular vision merupakan cara mata mendapatkan gambaran, dimana setiap mata (kiri atau kanan) mendapatkan gambaran yang berbeda satu sama lain. Otak dalam hal ini menyatukan hasil gambaran dari kedua mata ini. Maka dari inilah terdapat suatu anomali yang disebut kesalahan paralaks. Sebagai salah satu contoh akibat dari kesalahan paralaks pada manusia yaitu kesalahan dalam mengestimasi jarak. Hal ini dimanfaatkan oleh para perekayasa untuk mendesain suatu sistem film 3D.
Film 3D lama menggunakan apa yang disebut gambar anaglyph untuk menggunakan karakteristik binocular vision dan kesalahan paralaks. Gambar ini meliputi dua layer warna dari satu proyektor. Satu warna didominasi oleh warna merah, dan yang satu lagi didominasi dengan warna biru atau hijau. Maka dari itu digunakanlah kacamata merah dan biru/hijau sebagai sarana untuk menyaksikan film 3D. Warna merah keluaran proyektor seakan akan dipaksa dilihat menggunakan lensa bewarna merah. Begitu halnya dengan warna biru atau hijau. Dengan perbedaan dari kedua warna ini, otak akan mempunyai persepsi gambar yang dilihat adalah 3D.
Berbeda dengan 3D movies lama, Digital 3D menggunakan konsep polarisasi untuk menciptakan efeknya. Lensa khusus digunakan untuk melewatkan hanya polarisasi tertentu saja. Sumber gambar/layar diciptakan dengan mengatur polarisasi ini. Hal ini tampak ketika kita menyaksikan film Digital 3D tanpa kacamata 3D . Tampak bahwa gambar yang ditampilkan akan buram secara kasat mata. Dengan mengandalkan polarisasi ini, otak kita dihalusinasikan dengan melihat 2 / lebih frame yang ditampilkan dengan cepat.
Kita tidak tahu apa yang berkembang dengan teknologi ini. Tetapi dengan teknologi ini, Film – film yang mengambil efek 3D akan sangat bagus dinikmati di Bioskop – bioskop. Hal ini tentu berkah bagi para pembuat film dan bisa mengurangi pembajakan film. Kita lihat saja selanjutnya.
No comments:
Post a Comment