Saturday, November 7, 2009

Lindungi Tari Pendet


TARI PENDET

Pada awalnya, Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tari yang tercipta awal tahun tujuh puluhan oleh seniman I Nyoman Kaler ini, menggambarkan penyambutan atas turunnya Dewa-dewi ke alam marcapada yang merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Taburan bunga disebarkan di hadapan para tamu sebagai ungkapan selamat datang.

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang; pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari Pendet adalah tarian para putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan dan perlengkapan sesajen lainnya.

Legong Keraton


Dalam legenda, Legong adalah tarian ritual para dewa-dewa suci. Dari semua tarian klasik Bali, Legong tetap merupakan inti dari keindahan dan keanggunan. Gadis-gadis tertentu dipilih untuk mewakili masyarakat sebagai penari Legong. Penari-penari pakar melakukan tarian ini dengan rasa bangga dan mereka meluangkan waktu berjam-jam membahas tema dari berbagai kelompok Legong. Legong yang paling terkenal adalah Legong Keraton, Legong dari keluarga kerajaan.



Barong dan Rangda



Barong adalah pelindung gaib dari desa-desa Bali. Sebagai "penguasa hutan" dengan topeng bergigi runcing dan rambut panjang, Barong adalah lawan dari Rangda sang penyihir, penguasa roh kegelapan, dalam pertarungan yang tidak pernah berakhir antara baik dan jahat. Dalam festival-festival Galungan Kuningan, Barong (terdapat banyak jenis barong, termasuk barongket, barong macan, dan barong bangkal) mengembara dari pintu ke pintu (nglawang) membersihkan daerah dari pengaruh jahat.

Calonarang



Saat yang menyeramkan pada malam pertama bulan purnama pada waktu bayangan gelap terlihat seperti hantu diatas tanah, pada saat penghuni desa berkumpul Pura Dalem untuk menonton drama Calon Arang, kisah seorang janda jahat yang bernama Dirah. Setiap orang Bali mengenal cerita legenda Calonarang.




Tari Topeng


Tarian topeng adalah pertunjukan topeng sakral yang didasarkan pada legenda-legenda silsilah kehidupan; dengan wayang kulit, salah satu media tradisional kebudayaan. Serangkaian toping model yang merupakan simbol figur-figur keluarga kerajaan diatur apik dalam rangkaian tari-tarian dan diiringi oleh orkes gamelan.




Tarian Sakral



Tarian sakral ini berhubungan langsung dengan upacara keagamaan dimana aktivitas ini berfungsi sebagai persembahan, doa, atau upacara mengusir roh jahat. Dengan keterlibatan pemangku (pendeta dan penjaga pura desa), upacara ini merupakan sebuah bentuk hubungan dramatis dengan dunia spiritual serta melakukan komunikasi dengan tujuan untuk mensukseskan kegiatan upacara tersebut.

Janger





Suling dimainkan dengan nada yang memilukan, kemudian ada suara yang mengalunkan lagu aneh dengan nada tinggi ke intonasi nada yang tertinggi yang hampir tidak kedengaran. Dua gadis kemudian tampil dengan mengenakan mahkota yang sangat indah dengan tanduk yang berwarna-warni. Mereka berjalan kedepan, agar pasangan berikutnya maju, sampai akhirnya dua belas gadis berada diatas panggung. Secara perlahan-lahan, mereka berlutut pada posisi tubuh saling berhadapan, memiringkan kepalanya dengan gerakkan bola mata mengikuti irama musik.

Sang Hyang Bidadari



Di Pura, dua gadis berlutut didepan anglo dengan dupa berasap. Sang pemangku memberikan persembahan kepada dewa pura, meminta perlindungan untuk seluruh desa selama jam upacara. Dibelakang dua gadis ini terdapat sekelompok wanita yang duduk sambil menyanyikan lagu Sanghyang, yang meminta dewa angkasa untuk turun dari surga dan menari dihadapan masyarakat melalui tubuh para gadis tersebut.


Arja




Arja merupakan bentuk tarian gabungan Bali (yang dikenal dengan nama OPERA oleh komunitas internasional) dengan cerita-cerita, lagu dan komedi aslinya. Karakter ini berkomunikasi dengan golongan kasta tertinggi Bali melalui dialog dan puisi. Apa yang mereka ucapkan kemudian diterjemahkan menjadi bahasa harian masyarakat Bali oleh para pemain


Tari Baris


Seperti halnya Legong dengan keindahan feminimnya, Baris, sebuah tarian perang tradisional, adalah tarian yang memuja keperkasaan kesatria Bali yang menang perang, para penarinya mengenakan topeng-topeng raksasa atau topeng setan yang menyeramkan, dan ceritanya diambil dari episode-episode versi Kawi dari legenda Ramayana dan Mahabharata. Ada beberapa jenis tarian Baris yang dibedakan berdasarkan senjata yang dibawa. Yang bersifat ritual adalah Baris Gede dimana tarian menceritakan dimana para prajurit kerajaan sedang melakukan defile di kerajaan.

Oleg Tamulilingan


Tarian ini adalah tarian modern yang dikembangkan oleh almarhum Mario ditahun 1952, Oleg Tambulilingan telah menjadi tambahan populer pada deretan tarian yang disertakan pada pertunjukkan Legong. Awalnya tarian ini dimainkan hanya oleh satu gadis yang disebut Oleg, istilah umum yang berarti goyangan sang penari. Akhirnya, pria pun disertakan untuk membuat duet, dan tarian ini kemudian mendapat tema baru yang mengilustrasikan dua tambulilingan (lebah) yang bermain-main ditaman.

Tarian Kecak


Berlawanan dengan kepercayaan, tarian Kecak itu sendiri tidak begitu tua. Tarian ini mungkin pertama kali dilakukan ditahun 1930. Lagunya diambil dari ritual tarian Sanghyang kuno, yang sampai hari ini masih dilakukan beberapa desa. Selama tarian Sanghyang, seseorang akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.

Barong Landung


Di pulau Nusa Penida hiduplah roh jahat, Jero Gede Mecaling, sang raksasa bertaring. Raksasa ini pernah berkunjung ke Bali bersama rombongan setannya. Dia turun di Bali bagian selatan dalam wujud Barong dan menunggu disana sementara kaki tangannya berpencar untuk menghancurkan kehidupan. Masyarakat kemudian mengetahui keberadaan raksasa ini dan meminta nasihat kepada pendeta yang mengatakan bahwa mereka harus menciptakan Barong lain yang bentuknya seperti Jero Gede Mecaling; ini saja cukup kuat untuk mengusir setan. Mereka kemudian membuat sebuah Barong yang besar dan berhasil mengusir sang raksasa itu kembali ke Nusa. Sejak saat itu, Barong ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir roh setan.

Tari Kebyar Duduk


Seperti halnya Baris, Kebyar adalah tarian tunggal, tetapi tarian ini bersifat lebih individualistik. Tarian Baris mengilustrasikan gerakkan-gerakkan kesatria Bali secara umum. Dalam tarian Kebyar, penekanannya adalah pada penari itu sendiri yang menginterpretasikan nuansa musik dengan ekspresi wajah dan gerakkan.



Drama Cupak





Seorang pria riang dengan perut yang besar, terkenal sebagai orang rakus Bali. Cerita Cupak, yang dimainkan sebagai tarian komik, lebih bersifat seperti drama legenda: sebuah kerajaan, hutan yang misterius dan lautan yang dalam; seorang penjahat, permaisuri, tukang sihir dan pahlawan, bencana, solusi masalah, dan kegembiraan.



Drama Gong


Pada drama ini, penekanannya lebih besar pada penyelesaian sebuah cerita dibandingkan padanan antara musik dan tarian. Musik gamelan selalu merupakan elemen penting, tetapi tidak semutlak pengembangan warna kepribadian dari para pesertanya. Cerita cinta, kisah romantika jaman dahulu kala, petualangan cinta, dan keperkasaan kesatria adalah tema-tema yang populer dari drama-drama ini.




Gambuh


Berkembangkan diantara orang-orang Bali tarian dari generasi ke generasi; semua bentuk tarian, yang sering didengarkan oleh setiap orang, adalah tarian yang dikembangkan dari Gamboeh; semua teknik tarian berasal dari gerakkan-gerakkan Gamboeh, semua instrumen dan nada berasal dari gamelannya yang khas.

Topeng Pajegan








Tarian ini merupakan tarian kuno Topeng, dimana sejarah leluhur, agama Hindu Bali, dan kritikan terhadap situasi regional dirangkai bersama dalam musik, tarian, lagu dan lawakan untuk memperingati para pahlawan dan keterkaitannya dengan situasi kontemporer sehari-hari.


Tari Rejang

Tari Rejang (tidak ada hubungannya dengan Tari Kejang - Red) ini memiliki gerak tari yang sederhana dan lemah gemulai, ditarikan oleh penari putri (pilihan maupun campuran dari berbagai usia) yang dilakukan secara berkelompok atau massal di halaman pura pada saat berlangsungnya suatu upacara. Bisa diiringi dengan gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede.

Tari Rejang ini, oleh masyarakat Bali dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan status sosial penarinya (Rejang Deha: ditarikan oleh remaja putri), cara menarikannya (Rejang Renteng : ditarikan dengan saling memegang selendang), tema dan perlengkapan tarinya terutama hiasan kepalanya (Rejang Oyopadi, Rejang Galuh, Rejang Dewa dll).

Di desa Tenganan, dalam upacara "Aci Kasa" ditarikan tari Rejang Palak, Rejang Mombongin, Rejang Makitut dan Rejang Dewa yang diiringi dengan gamelan Selonding yang masing-masing tarian Rejang tersebut dapat dilihat perbedaannya dari simbol-simbol dan benda sakral yang dibawa penarinya, pola geraknya, cara menarikannya dan tata busananya.

No comments:

Post a Comment