Showing posts with label budaya. Show all posts
Showing posts with label budaya. Show all posts

Sunday, June 7, 2009

Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar



Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar

Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1.Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100 5 benar dan 100 5 salah
2.Ilmu-ilmu sosial ( social scince ) . ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100 5 benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak dapat berubah dari saat ke saat.
3.Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya daar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Ingngris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.

Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1.Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka
2.Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
3.Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4.menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.

Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yagn telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
1.Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
2.Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah :
1.Manusia dan cinta kasih
2.Manusia dan Keindahan
3.Manusia dan Penderitaan
4.Manusia dan Keadilan
5.Manusia dan Pandangan hidup
6.Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
7.Manusia dan kegelisahan
8.Manusia dan harapan
Pokok-pokok bahasan di atas dibahas lebih medetail dalam buku berikut disajikan dalam file PDF silakan download di bawah ini

Materi IBD pdf Download di sini

Budaya dan konsep tekhnologi




Budaya dan konsep tekhnologi

Tekhnologi dalam refleksi budaya
Oleh : Alif Lukmanul Hakim*
Teknologi tidak lagi merupakan sesuatu di luar manusia, melainkan menjadi substansinya. Teknologi tidak lagi berhadapan dengan manusia, melainkan terintegrasi dengannya, dan bahkan secara bertahap menelannya. Bukan masyarakat manusiawi yang kita hadapi melainkan masyarakat teknologis.(Soerjanto Poespowardojo. 1993. Strategi Kebudayaan. Gramedia Jakarta)
Orde Teknologi
Kenyataan kehidupan kita di Abad ke-21 ini makin menunjukkan signifikansi teknologi sebagai salah satu hasil atau produk budaya yang mengagumkan sekaligus “memprihatinkan”. Hal ini menjadi kontradiksi internal dalam aras perkembangan teknologi yang tak dapat kita hindari. Betapa tidak!! Penggunaan dan pemanfaatan teknologi telah membawa kemajuan dalam aktivitas kehidupan manusia, namun di sisi lain memunculkan masalah yang pelik dan rumit bagi keberadaan teknologi dalam kehidupan manusia itu sendiri. Teknologi telah mengalami metamorfosis atau bahkan perubahan fungsi dan kedudukan dalam dinamika kehidupan manusia.
Pada awalnya teknologi berkedudukan dan berfungsi sebagai sarana signifikan bagi kemajuan kehidupan manusia – sistem peralatan untuk kepentingan manusia dalam terminologi Soerjanto Poespowardojo — namun dalam perkembangannya cenderung berubah menjadi kekuatan yang mengatur bahkan merusak tingkah laku dan tindakan manusia dalam kehidupannya. Kita dapat merasakan bahkan melihat betapa kehidupan – kebudayaan – seakan tertinggal dari kemajuan teknologi yang begitu cepat dan pesatnya. Saat ini kehidupan kita berada dalam bayang-bayang ancaman kebinasaan oleh kemajuan teknologi yang telah kita kembangkan sendiri. Perlombaan dalam mencipatakan bom nuklir dan alat penghancur massal lainnya menjadi bukti bahwa manusia telah lepas pengawasan terhadap teknologi yang diciptakan dan dikembangkannya sendiri.
Dalam konteks modernisasi Djuretna Adi Imam Muhni menegaskan bahwa teknik – teknologi – memang dapat menjunjung martabat manusia menjadi tuan besar, namun hendaknya jangan dilupakan bahwa teknik juga dapat membuat manusia menjadi budak. Kita juga dapat menelaah sifat-sifat khas dari teknik, yang pada dasarnya bersifat kaku atau tidak fleksibel dan bersifat langsung, mekanis serta absolut atau mutlak. Manusia hanya dapat menerima atau menolak keberadaannya. Dapat dibenarkan kiranya bila dikatakan bahwa dengan teknik atau teknologi manusia telah menciptaka suatu “agama” baru, yaitu suatu penghambaan penuh pada – dalam terminologi Djuretna Adi Imam Muhni seorang pakar Filsafat Indonesia – orde rasional dan teknis, yang ditaati secara “given” dan “taken for granted”. Kita tak dapat menolak, betapa kita begitu di setir atau dibelenggu oleh teknologi. Kita tidur bukan lagi hanya karena kita mengantuk, melainkan karena jam sudah menunjukkan waktu untuk tidur. Manusia dengan segala kelebihannya telah tunduk kepada sang waktu.

Refleksi Budaya terhadap teknologi
Bila kita mencoba merumuskan pengertian kebudayaan secara luas, tentu kita akan sampai pada pemahaman bahwa kebudayaan adalah apa saja yang dipikirkan dan dilakukan atau dikerjakan oleh manusia termasuk segala peralatan yang digunakannya, maka teknologi adalah anak kandung dari kebudayaan, di samping perangkat budaya yang lain, seperti ilmu, bahasa, seni sistem norma atau nilai, arsitektur, pertanian dan sebagainya. Teknologi sering dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, karena pada dasarnya teknologi merupakan aplikasi atau penerapan dari ilmu pengetahuan. Atas dasar inilah teknologi dapat berkembang, yang tentunya harus didukung dengan sikap-sikap budaya yang mampu menjadi penyeimbang dalam kemajuan teknologi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat pesat, namun dampaknya terhadap perubahan sosial pun sangatlah besar, dan karena ritme atau tempo perubahannya sangat cepat dan tinggi, kita tidak diberi cukup waktu untuk melakukan adaptasi yang diperlukan untuk mengimbanginya seperti mengubah sikap-sikap mental dan hidup, hubungan manusiawi antara teknologi dan masyarakat, struktur politik, ekonomi, dan juga hubungan antara negara atau bangsa yang satu dengan lainnya dalam bingkai kemajuan teknologi yang manusiawi. Sepertinya, inti persoalan atau kata kunci dari persoalan teknologi ini adalah kenyataan bahwa kemajuan teknologi tidak disertai dengan kemajuan kebudayaan kita – pemahaman dan mindset kita akan kebudayaan yang manusiawi, emansipatoris dan memberikan rahmat serta manfaat yang sebesar-besarnya bagi alam semesta dan kehidupan manusia. Hal ini terkait erat dengan kemampuan kita untuk menemukan formulasi sistem norma dan perangkat nilai yang bertipikal pathfinder (kreatif-fleksibel-dinamis) untuk menembus kebuntuan-kebuntuan problematika teknologi dan kebudayaan yang menghadang serta menemukan dataran-dataran baru yang lebih manusiawi dan sesuai dengan misi kemanusiaan kita sebagai khalifah (wakil Tuhan) di dunia.
Menciptakan Teknologi yang Manusiawi : Mengoptimalkan Peran Serta Manusia
Bagaimana kita mengeliminasi atau memperkecil – sedapat mungkin – dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi terhadap kebudayaan? Tentunya kita harus memperluas pengetahuan dan daya analisis kita mengenai teknologi. Kita harus lebih kritis terhadap berbagai efek samping atau ekses negatif dari suatu – kemajuan – teknologi. Agar dapat mencapai sikap kritis di atas kita harus meningkatkan kepekaan kita terhadap kelestariaan dan keselamatan lingkungan hidup kita dari beragam akibat negatif dari teknologi dan kemajuannya, serta tak lupa pula kita harus meningkatkan rasa solidaritas akan keselamatan dan kesejahteraan manusia dan masyarakat kita.
Meskipun teknologi telah menjadikan manusia modern teralienasi dari masyarakatnya sendiri, pada dasarnya manusia sendiri yang harus memikul tanggung jawab terhadap setiap pemakaian dan pemanfaatan teknologi dengan segala dampak dan akibatnya. Manusia harus sadar bahwa teknologi tidak dapat memecahkan semua masalah yang dihadapinya. Karena itu teknologi jangan sampai menjadi “agama” baru yang kita sembah sedemikian rupa.

Kita harus tegas dalam mengambil sikap bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi hanya merupakan alat bagi manusia. Pengetahuan – menurut Muchtar Buchori – tidak dapat menguasai hakikat manusia, jiwanya, rohnya, bahkan hati nuraninya. Karena itu setiap langkah aplikatif dari teknologi – terlebih dahulu — perlu secara sadar dan kritis kita nilai dampaknya, tidak saja pada kebudayaan, melainkan juga pada lingkungan hidup, pada masyarakat, pada manusia sebagai pribadi dan pada berbagai dimensi kehidupan yang lain.(Muchtar Buchori. Dalam Y.B. Mangunwijaya, 1985: .
Last but not least, sangatlah signifikan peran manusia untuk menguasai dan mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi agar senantiasa melaju dalam jalur lintasan yang seharusnya, yakni dengan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan secara berimbang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disinilah diperlukan pengembangan format dan sistem pendidikan baru yang emansipatoris dan berkarakter problem possing education – bila kita merunut pada konsep dan terminologi Paulo Freire; seorang Filsuf yang mencermati problematika pendidikan – agar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat selalu diawasi serta mampu untuk dikendalikan oleh manusia secara sustainable atau berkesinambungan. Semuanya tidak sesederhana yang kita bayangkan bukan?

* Pemerhati Filsafat, Religi dan Budaya. Direktur KOMMPAK. Alumni Pelayaran Kebangsaan V Tahun 2005. Tinggal di Yogyakarta.(dalpeles_story@yahoo.com/08157952385)