Sunday, August 23, 2009

RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KESEHATAN





Sosiologi kesehatan merupakan cabang sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam sosiologi telah lama dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan pendahulu sosiologi kesehatan dan terkait erat dengannya. Pertumbuhan sosiologi medis berlangsung melalui enam tahap.


Menurut Mechanic tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala yang dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor sosial dan psikologis. Mulai dikajinya peran faktor sosial-budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis.


Straus membedakan antara sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya sosiologi mengenai bidang medis terdiri atas kajian sosiologis terhadap faktor di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati posisi mandiri di luar bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk menguji prinsip dan teori sosiologi. Menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Menurut Straus sosiologi dalam bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan

personalia dari berbagai disiplin, dalam mana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis.


Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian, berkembanglah bidang sosiologi kesehatan.


Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan. Menurut Wilson sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan adalah penelitian dan pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan yang terutama didorong oleh adanya masalah kesehatan. Menurut Wolinsky orientasi para ahli sosiologi kesehatan lebih tertuju pada masalah kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin teori.


Twaddle merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan sosiologi medis. Menurutnya terjadinya pergeseranpergeseran dalam ketujuh dimensi tersebut mengakibatkan bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan. Namun, sosiologi kesehatan merupakan bidang yang muda hingga kini bidang sosiologi medis masih tetap dominan.


Pandangan Ilmu Sosial dan Budaya Lainnya tentang Kesehatan


Masalah kesehatan dipelajari pula oleh antropologi medis, suatu bidang ilmu sosial yang erat kaitannya dengan sosiologi medis. Menurut Foster, kedekatan kedua bidang tersebut bersumber pada dua hal. Namun, beberapa hal khusus membedakan keduanya; ada tiga hal yang membedakan antropologi medis dengan sosiologi medis. Foster menyebutkan tiga faktor yang hanya dijumpai pada antropologi medis. Foster dan Anderson pun membedakan antara antropologi mengenai bidang medis dan antropologi dalam bidang medis.


Antropologi medis mempunyai suatu cabang yang dinamakan etnomedisin. Pandangan masyarakat tradisional terhadap masalah psikiatri dan cara-cara mereka menanganinya merupakan suatu pokok bahasan suatu cabang khusus dalam etnomedisin yang dikenal dengan nama etnopsikiatri, psikiatri lintas budaya atau psikiatri transkultural.


Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.


Bidang hukum merupakan suatu bidang yang erat sangkut-pautnya dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi warga masyarakat. Ketentuan yang mengatur masalah kesehatan kita jumpai di berbagai cabang ilmu hukum. Masalah kesehatan pun mempunyai aspek-aspek yang menarik perhatian ahli ilmu politik.


Menurut Davidoff dalam psikologi dikenal bidang psikologi kesehatan, yang didefinisikannya sebagai sumbangan disiplin psikologi terhadap promosi dan pemeliharaan kesehatan. Masalah kesehatan yang dikaji psikologi dapat terdiri atas perilaku maupun proses mental.


PANDANGAN SOSIOLOGI MENGENAI KESEHATAN DAN PENYAKIT


Definisi Kesehatan dan Penyakit


Wolinsky menjelaskan bahwa bagi dokter simtom dan tanda penyakit merupakan bukti gangguan biologis pada tubuh manusia yang memerlukan penanganan medis. Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan simtom dan tanda penyakit. Wolinsky selanjutnya mengemukakan beberapa keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan medis ini.


Definisi medis ini lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan. Namun, menurut Mechanic definisi WHO ini sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit.


Konsep kesehatan dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial. Definisi yang menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.


Menurut definisi Parson seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut Parson pula, kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam masyarakat.


Ternyata definisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam definisi tersebut di atas serupa kita jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil penelitian di Inggris di kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi negatif, definisi fungsional, dan definisi positif.


Parson memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan sistem sosial. Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial seseorang.


Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan morbiditas. Menurut Parson ini disebabkan karena (1) penyakit mengganggu berfungsinya seseorang sebagai anggota masyarakat dan (2) penyakit, apalagi kematian dini, merugikan kepentingan masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan sosialisasi anggota masyarakat.


Tipologi Sehat dan Perilaku Sakit


Wolinsky membedakan delapan macam keadaan sehat, yaitu (1) sehat secara normal, (2) pesimis, (3) sakit secara sosial, (4) hipokondrik, (5) sakit secara medis, (6) martir, (7) optimis, dan (8) sakit serius.


Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit. Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit. Di bidang sosiologi kesehatan dikenal pula konsep lain yang berkaitan, yaitu perilaku upaya kesehatan.


Tanggapan seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor. Mechanic menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi tanggapan baik si penderita sakit sendiri maupun orang lain terhadap situasi sakit seseorang. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!


Scambler menawarkan suatu klasifikasi yang lebih singkat, yang terdiri atas enam kategori.


KESEHATAN DAN PENYAKIT DARI SUDUT PANDANG SOSIAL


Pengertian dan Konsep Penyakit


Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep disease dan illness. Bagi Conrad dan Kern disease merupakan gejala biofisiologi yang mempengaruhi tubuh. Menurut Field disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal yang menurut para ahli dapat diketahui dari tanda dan simtom tertentu. Sarwono merumuskan disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan, baginya disease bersifat objektif.


Bagi Conrad dan Kern illness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi disease. Bagi Field illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Sarwono merumuskan illness sebagai penilaian individu terhadap pengalaman menderita penyakit; baginya maupun bagi Field illness bersifat subjektif.


Muzaham menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, dan illness menjadi keadaan-sakit, sedangkan Sarwono pun menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, tetapi menerjemahkan istilah illness menjadi sakit.


Dalam setiap masyarakat dijumpai suatu sistem medis. Menurut definisi Foster, sistem medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut. Foster mengidentifikasikan pula beberapa unsur universal dalam berbagai sistem medis tersebut.


Penyakit merupakan suatu produk budaya. Menurut Geest dalammasyarakat berbeda penyakit dinyatakan secara berbeda, dijelaskan secara berbeda, dan dikonstruksikan secara berbeda pula.


Kontruksi Sosial Mengenai Penyakit


Sejumlah pengamat masalah kesehatan mengemukakan bahwa penyakit merupakan konstruksi sosial. Contoh mengenai penyakit sebagai konstruksi sosial ini antara lain disajikan oleh Conrad dan Kern, yang membahas konstruksi sosial perempuan sebagai makhluk lemah dan tidak rasional yang terkungkung oleh faktor khas keperempuanan seperti organ reproduktif dan keadaan jiwa mereka, dan kecenderungan untuk mengkonstruksikan sindrom pramenstruasi dan menopause sebagai gangguan kesehatan yang memerlukan terapi khusus. Contoh berikut disajikan oleh Diederiks, Joosten dan Vlaskamp, yang mengkhususkan pembahasan mereka pada konstruksi sosial cacat fisik dan mental. Contoh lain disajikan oleh Brumberg, yang membahas Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! konstruksi sosial gejala anorexia nervosa di kalangan perempuan Barat. Contoh terakhir bersumber pada tulisan Nijhof, yang didasarkan pada otobiografi pengidap penyakit kronis.


KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIAL


Hubungan Kesehatan dengan Kelas Sosial, Gaya Hidup, dan Jenis Kelamin


Penyakit tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Masalah kelompok mana yang menderita penyakit apa merupakan bidang kajian yang dinamakan epidemiologi.


Data dari berbagai negara memaparkan adanya hubungan antara kesehatan dan kelas sosial. Perbedaan mortalitas antarkelas disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit jantung isemia, kanker paru-paru, penyakit serebrovaskular, bronkitis, kecelakaan kendaraan bermotor, pneumonia dan bunuh diri.


Meskipun antara dua negara bagian AS yang bertetangga, Utah dan Nevada, tidak dijumpai banyak perbedaan di bidang pendapatan per kapita, persentase penduduk yang tinggal di perkotaan, jumlah dokter per 100.000 penduduk, rata-rata tingkat pendidikan formal penduduk, struktur usia penduduk, komposisi ras, perbandingan laki-laki dan perempuan serta lingkungan fisik, namun antara keduanya dijumpai perbedaan mencolok di berbagai bidang kesehatan. Penjelasannya dicari pada perbedaan gaya hidup penduduk kedua negara bagian tersebut. Dari kasus ini disimpulkan bahwa tersedianya sarana kesehatan dan tingginya penghasilan tidak dengan sendirinya menjamin kesehatan masyarakat.


Ketidaksamaan distribusi morbiditas dan mortalitas kita jumpai pula antara laki-laki dan perempuan. Salah satu faktor sosial yang terkait dengan perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan perbedaan perilaku, antara lain disebabkan perbedaan sosialisasi peran.


Merokok yang mengakibatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit tertentu merupakan kebiasaan yang dalam banyak masyarakat lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki daripada oleh kaum perempuan. Hal yang sama berlaku bagi konsumsi minuman keras.


Faktor sosial lain yang menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan ialah kenyataan bahwa laki-laki lebih sering melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang berbahaya. Temuan menarik lain ialah adanya perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan dalam angka bunuh diri. Dalam kasus tertentu faktor sosial justru mengakibatkan mortalitas lebih tinggi di kalangan perempuan.


Hubungan Kesehatan dengan Usaha dan Etnisitas


Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian.


Data dari berbagai masyarakat sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga terkait dengan keadaan kesehatan mereka. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan kesehatan antara kelompok mayoritas etnik dan ras dengan kelompok minoritas ialah kelas sosial.


Faktor sosial yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar. Upaya yang disarankan ialah pengalihan upaya pencegahan maupun pengobatan dari rumah sakit, klinik, dan ruang gawat darurat ke pelayanan langsung ke komunitas berisiko paling tinggi, dan kampanye pendidikan intensif. Temuan lain yang menyangkut perbedaan distribusi penyakit antar-ras ialah hubungan bahwa jumlah pemuda Kulit Putih yang dinyatakan tidak memenuhi syarat mengikuti wajib militer karena alasan medis selalu lebih banyak daripada jumlah pemuda Kulit Hitam. Perbedaan ini diduga disebabkan karena orang Kulit Putih lebih mudah menjalankan peran sakit daripada orang Kulit Hitam.


Data mengenai keadaan kesehatan kelompok-kelompok minoritas etnik yang menetap di Inggris menunjukkan lebih tingginya prevalensi morbiditas dan mortalitas tertentu di kalangan kelompok etnis tertentu daripada di kalangan penduduk setempat.


Perbedaan sistem medis antara kaum migran dan penduduk setempat pun merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab perbedaan kesehatan.


PETUGAS KESEHATAN


Dokter dan Pasien


Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi dipelopori Henderson. Di antara berbagai tema sosiologi yang dikajinya kita jumpai tema konsep sistem dan sistem sosial serta tema sosiologi medis. Pemikiran Henderson kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Talcott Parsons, antara lain dalam tulisannya mengenai praktik medis modern.


Salah satu tulisan Parsons yang sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk menanggulangi penyakit para anggota masyarakat. Salah satu sumbangan pikiran penting Parsons bagi sosiologi ialah lima pasangan variabel yang dinamakannya variabel pola. Parsons membahas pula peran sakit. Baginya sakit merupakan suatu peran sosial, dan seseorang yang sakit mempunyai sejumlah hak maupun kewajiban sosial. Menurut Parsons situasi seorang pasien ditandai oleh keadaan ketidakberdayaan dan keperluan untuk ditolong, ketiadaan kompetensi teknis, dan keterlibatan emosional.


Menurut Parsons peran dokter terpusat pada tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan pasien, yaitu mendorong penyembuhan penyakitnya dalam batas kemampuannya. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya ini dokter diharapkan untuk menguasai dan dan menggunakan kompetensi teknis tinggi dalam ilmu kedokteran dan teknik-teknik yang didasarkan kepadanya.


Untuk kepentingan penyembuhan pasien, tidak jarang hubungan dokter-pasien melibatkan hal yang bersifat sangat pribadi. Di samping kontak fisik dengan pasien dokter pun dapat menanyakan hal sangat pribadi yang biasanya tidak diungkapkan kepada orang lain. Sumber ketegangan lain yang dikemukakan Parsons ialah adanya ketergantungan emosional pada dokter.


Pendekatan Teoritis dan Kajian Empiris


Menurut pendekatan interaksionisme simbolik baik dokter maupun pasien mempunyai gambaran mereka sendiri mengenai kenyataan sosial, yang mempengaruhi interaksi di antara mereka. Kajian interaksionisme simbolik terhadap hubungan dokter-pasien menekankan pada kesenjangan dalam harapan dan kemungkinan terjadinya konflik.


Pandangan Parsons mengenai peran sakit telah memperoleh tanggapan sejumlah ahli sosiologi. Empat hal yang dipermasalahkan oleh para ahli sosiologi ialah tipe penyakit, keanekaragaman dalam tanggapan individu dan kelompok, hubungan petugas kesehatan dengan pasien, dan orientasi kelas menengah.


Sejalan dengan perjalanan waktu mulai berkembang pekerjaan yang berhubungan dengan bantuan kepada dokter dalam pelaksanaan tugasnya. Pekerjaan petugas kesehatan non-dokter ini dalam literatur sering disebut sebagai paraprofesi. Ciri utama yang membedakan status profesi dengan pekerjaan ialah ada-tidaknya otonomi. Oleh karena petugas kesehatan non-dokter tidak memiliki otonomi profesional melainkan didominasi dan dikendalikan oleh dokter maka pekerjaan mereka digolongkan ke dalam okupasi, bukan profesi.


Perbedaan lain antara kelompok paraprofesi dengan profesi dokter ialah bahwa pekerja kesehatan non-dokter lebih responsif terhadap pasien dan lebih berorientasi pada mereka daripada para dokter.


Perawat merupakan paraprofesi yang paling dikenal. Sejarah pekerjaan perawat dapat dibagi dalam dua periode: zaman sebelum dan sesudah Florence Nightingale. Sebelum Florence Nightingale perawat dianggap sebagai pengganti ibu. Setelah itu, Florence Nightingale mengubah citra perawat dari pengganti ibu menjadi perawat profesional.


KESEHATAN DAN LINGKUNGAN


Kesehatan dan Lingkungan Fisik


Lingkungan mempunyai dampak terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat. Dalam membahas dampak lingkungan terhadap kesehatan para ahli membedakan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam bencana buatan manusia umumnya masyarakat baru mulai memikirkan langkah-langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mencegah terulangnya peristiwa serupa setelah dampak negatif tersebut terwujud.


Suatu masalah kesehatan lingkungan yang kini dihadapi masyarakat yang melaksanakan industrialisasi ialah pencemaran air. Pemanfaatan air tercemar untuk kebutuhan setiap hari mengakibatkan kematian dan berbagai penyakit.


Penurunan kualitas udara karena pencemaran udara oleh gas atau debu dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan. Pencemaran udara karena kebakaran hutan telah membawa berbagai dampak negatif bagi kesehatan lingkungan. Penduduk daerah perkotaan yang menghirup udara yang tercemar gas buang kendaraan bermotor serta kotoran dan gas yang disalurkan melalui cerobong asap pabrik menghadapi risiko terkena berbagai penyakit. Banyak warga masyarakat dalam jangka waktu lama berada di ruang tertutup dengan udara yang didinginkan alat penyejuk menghirup udara tercemar sehingga menghadapi risiko terkena berbagai gangguan kesehatan, seperti asma.


Kesehatan terancam pula oleh berbagai bentuk lain pencemaran lingkungan fisik. Lalu lintas pun merupakan lingkungan fisik yang mempengaruhi kesehatan manusia. Lingkungan fisik lain yang diidentifikasikan sebagai faktor penyebab gangguan kesehatan ialah perumahan, hidup berkerumun dan kepadatan penduduk. Sering kali berbagai jenis pencemaran terjadi secara bersamaan.


Kesehatan dan Lingkungan Sosial


Gangguan kesehatan dapat datang dari lingkungan sosial. Manusia sering hidup dalam lingkungan sosial yang membuat mereka marah, frustrasi atau cemas, dan perasaan-perasaan demikian dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. House, Landis dan Umberson mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara hubungan sosial dan kesehatan. Antara lain dikemukakan pada arti penting social support bagi kesehatan.


Ancaman lingkungan terhadap kesehatan ditanggapi warga masyarakat dengan berbagai ragam reaksi. Ada yang bermigrasi ke kawasan lain. Ada pula warga masyarakat yang berupaya menanggulanginya. Kesadaran ataupun kecurigaan warga masyarakat bahwa lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering diikuti dengan berbagai bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab.


Tindakan terhadap organisasi yang mencemari kesehatan lingkungan fisik melibatkan berbagai pihak, seperti community at risk, berbagai kelompok dan organisasi lain yang peduli terhadap komunitas berisiko, dan pemerintah. Sasaran tindakan komunitas berisiko beserta pendukung mereka ini umumnya terdiri atas perusahaan milik negara ataupun swasta yang proses produksi atau distribusinya membahayakan kesehatan karyawannya atau lingkungan sekitarnya atau yang memproduksi atau mengedarkan produk yang dianggap membahayakan kesehatan konsumennya. Tindakan dapat pula ditujukan pada instalasi yang direncanakan akan dibangun karena dikhawatirkan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.


Tindakan memperjuangkan kesehatan lingkungan tersebut ada yang berbentuk perilaku kolektif dan ada yang berbentuk gerakan sosial. Pihak yang dituntut biasanya akan menempuh berbagai upaya hukum maupun politik untuk mempertahankan kepentingan ekonominya atau bahkan untuk melakukan tuntutan balik.


UPAYA KESEHATAN


Upaya Kesehatan Kuratif, Preventif dan Promotif


Di negara dengan sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya kuratif mulai berkembang berbagai kritik terhadap sistem tersebut. Para pengkritik menyarankan agar sistem pelayanan kesehatan beralih ke upaya preventif dan perawatan penderita penyakit kronis. Di samping kedua macam upaya tersebut di atas kita menjumpai pula upaya promosi kesehatan.


Dalam upaya pencegahan medis dibedakan tiga jenjang intervensi klinis, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier. Ada pembedaan antara tiga jenjang pencegahan, yaitu pencegahan pada jenjang medis, pencegahan pada jenjang perilaku, dan pencegahan pada jenjang struktur.


Upaya Preventif : Kasus HIV/AIDS


HIV merupakan sejenis virus yang ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui pertukaran darah atau cairan tubuh. Oleh karena mengakibatkan defisiensi pada ketahanan tubuh manusia maka virus ini diberi nama HIV. Adanya berbagai penyakit tertentu merupakan sindrom yang menjadi indikasi bahwa orang dengan HIV telah mengidap apa yang dinamakan penyakit AIDS.


Oleh karena HIV/AIDS merupakan PMS maka yang paling rentan terhadap infeksi HIV/AIDS maupun PMS lain ialah orang yang terlibat dalam perilaku risiko tinggi yaitu mereka yang sering berganti pasangan seks tanpa menggunakan alat pelindung. Selain melalui hubungan seks, yang merupakan cara penularan dominan, dan maka infeksi HIV/AIDS dapat pula terjadi melalui cara-cara lain, seperti infeksi janin dalam kandungan orang dengan HIV/AIDS; infeksi intravena; prosedur tindak medis invasif; kontak dengan darah atau cairan tubuh orang dengan HIV/AIDS.


Mengingat bahwa infeksi HIV/AIDS cenderung terjadi di kalangan orang yang berperilaku risiko tinggi maka perilaku dan gaya hidup inilah yang menjadi sasaran intervensi upaya pencegahan. Di kalangan para pemerhati masalah HIV/AIDS dikenal apa yang dinamakan rumus ABC: abstinence (abstinensi), be faithful (setialah), dan kondom (condom). Pencegahan dilakukan dengan kegiatan yang biasanya dinamakan KIE (komunikasi, informasi, edukasi). Kegiatan KIE bertujuan mengubah perilaku, pengetahuan, sikap, dan keyakinan warga masyarakat.


Upaya intervensi perilaku tidak terbatas pada orang yang berperilaku risiko tinggi melainkan mencakup pula berbagai kalangan masyarakat. Berbagai program KIE mengenai HIV/AIDS yang dijumpai dalam masyarakat lain dan kini telah mulai dilaksanakan dalam masyarakat kita ialah intervensi kelompok risiko tinggi, program pendidikan di tempat kerja, program pendidikan kesehatan di sekolah, intervensi komunitas, intervensi melalui media massa.


Intervensi di bidang struktur sosial diarahkan pada perubahan struktur sosial, sistem sosial, dan lingkungan melalui perundangundangan dan kebijakan. Penanggulangan masalah seks komersial yang menjadi sumber penyebaran PMS dan HIV/AIDS menuntut adanya intervensi struktural, bukan hanya intervensi perilaku.


Dalam upaya promosi kesehatan dijumpai dua pendekatan, yaitu pendekatan individual dan pendekatan struktural. Dari strategi komprehensif promosi kesehatan yang dirumuskan WHO nampak bahwa badan dunia ini menganut pendekatan struktural. Dari perumusan tujuan utama Departemen Kesehatan serta strategi untuk mewujudkannya dapat kita simpulkan bahwa yang kita anut ialah baik pendekatan individual maupun struktural.


SISTEM MEDIS ALTERNATIF


Makna dan Pengertian Sistem Alternatif


Dalam berbagai masyarakat kita menjumpai lebih dari satu sistem medis. Ada sistem medis yang berkembang dalam masyarakat Barat dan yang oleh para ahli diberi berbagai nama. Di luar itu, ada sistem medis masyarakat non-Barat yang oleh orang Barat dinamakan sistem medis primitif, non-Barat, tradisional, rakyat (folk medicine), pribumi, non- Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! ilmiah. Dalam sistem pelayanan kesehatan kita yang dinamakan pengobatan tradisional ialah upaya pengobatan atau perawatan di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan.


Kleinman membuat klasifikasi dengan membedakan tiga macam pelayanan medis lokal (local health care systems), yaitu sistem pelayanan kesehatan populer (popular), sistem pelayanan kesehatan rakyat (folk), dan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi ke biomedisa Barat.


Salah satu bentuk sistem medis alternatif, menurut Conrad dan Kern, terdiri atas berbagai bentuk kegiatan yang berpusat pada komunitas berupa sistem medis yang bersifat swadaya dengan menekankan pada pertolongan pada diri sendiri maupun perawatan diri sendiri.


Menurut Aakster istilah alternatif mengacu pada sistem medis di luar metode normal yang berlaku dengan beberapa ciri yang membedakannya dengan sistem medis modern, seperti biayanya tidak dijamin asuransi kesehatan, metodenya tidak diajarkan di perguruan tinggi, metodenya didasarkan pada pandangan lain mengenai penyakit dan pandangan lain mengenai hubungan antara tenaga kesehatan dengan penderita penyakit.


Aakster membedakan beberapa tipe sistem medis alternatif, yaitu yang memakai metode diagnosis atau perawatan yang menyimpang, yang mempunyai pandangan menyimpang mengenai penyakit, yang mempunyai gambaran menyimpang mengenai penyakit atau manusia, dan sistem medis Timur.


Salah satu sistem medis alternatif faith healing, yaitu penggabungan penyembuhan dengan keyakinan pada kekuatan adikodrati. Ada yang menggabungkannya dengan ilmu kesehatan modern, dan yang melakukannya secara mandiri.


Menurut Wallis penelitian telah menemukan adanya hubungan antara keyakinan agama dan kesehatan, namun di kalangan para ahli masih belum ada kesepakatan mengenai faktor penyebab adanya hubungan tersebut. Pun masih belum ada kesepakatan apakah dari berbagai temuan penelitian tersebut dapat dibuat generalisasi.


Pemanfaatan Sistem Medis Alternatif


Para ahli menyebutkan berbagai alasan mengapa sistem medis alternatif tumbuh dan berkembang. Disebutkan bahwa sistem medis alternatif dinilai lebih baik daripada sistem medis konvensional; adanya kesadaran bahwa sistem medis konvensional pun mempunyai keterbatasan; biaya sistem medis alternatif lebih murah daripada biaya sistem medis konvensional.


Menurut Kalangie dalam menghadapi sistem medis berbeda warga masyarakat menerapkan hierarchy of resort in curative practices, yaitu pilihan tertentu yang sering berurutan. Untuk gangguan tidak dianggap serius orang berpaling ke pengobatan atau perawatan di rumah; bila ini tidak berhasil, orang berpaling ke penyembuh tradisional; bila gagal, orang berpaling ke sistem medis modern.


Kemungkinan lain adalah bahwa orang berpaling dari perawatan di rumah ke ilmu kesehatan modern, namun tidak memperoleh hasil yang diharapkan sehingga berpaling ke upaya tradisional.


Kalangie mengidentifikasikan lima faktor yang mendasari keputusan seseorang untuk memilih suatu sistem medis tertentu, yaitu gambaran mengenai kegawatan penyakit, pengalaman di masa lalu dengan berbagai sistem medis, pengetahuan dan keterampilan terapeutik dalam keluarga dan nasihat pihak lain, biaya komparatif sistem medis berbeda; dan kenyamanan relatif dan ketersediaan sistem medis.


Pertumbuhan dan penyebarluasan sistem medis alternatif dalam masyarakat Barat ada yang berlangsung melalui suatu proses gerakan sosial untuk mengubah struktur perawatan medis yang kemudian menghasilkan pelembagaan berbagai sistem medis alternatif tersebut.


PENYELENGGARAAN SISTEM MEDIS MODERN


Medikalisasi dan Dimedikalisasi


Zola berpandangan bahwa proses medikalisasi kehidupan sehari-hari telah menjadikan masalah kesehatan semakin penting bagi keberadaan manusia sehingga bidang medis telah menjadi suatu institusi pengendalian sosial utama dalam masyarakat. Zola pun mengemukakan bahwa gejala sehat dan sakit sering dihubung-hubungkan dengan masalah moral. Selanjutnya, Zola menyebutkan empat cara medikalisasi.


Jary dan Jary mendefinisikan medikalisasi sebagai cara memandang perilaku yang tak dikehendaki sebagai penyakit yang memerlukan intervensi sehingga penilaian medis diperluas ke bidang politik, moral dan sosial. Abercrombie, Hill, dan Turner merumuskannya sebagai penempelan merek medis pada perilaku yang secara moral dan sosial dianggap tak dikehendaki, sedangkan Marsh
Sumber buku Sosiologi Kesehatan karya Kamanto Sunarto

Source : http://massofa.wordpress.com


No comments:

Post a Comment